Konsep sport tourism ini sangat potensial karena memadukan olahraga dan pariwisata. Di Inggris, The British Tourist Authority dan English Tourism Board pernah menyatakan, 20 persen dari jumlah total wisatawan yang datang ke Inggris adalah wisatawan olahraga yang terdiri atas wisatawan yang melihat ajang olahraga dan para atlet yang terlibat di event.
"Di sejumlah negara maju bahkan sudah ada universitas dengan pusat studi pengembangan sport tourism. Australia sudah merancang National Sports Tourism Strategy sejak 1999. Ini bukti bahwa sport tourism punya pasar besar," ungkap Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas kepada detikcom, Sabtu (11/10/2014).
Banyuwangi sendiri, kata Anas, memiliki sejumlah agenda sport tourism, di antaranya International Surfing Competition, Kitesurfing Competition, dan International Tour de Banyuwangi Ijen (ITdBI).
"Tahun depan kami juga jadi penyelenggara Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jatim yang setidaknya melibatkan 9.000-10.000 atlet dan ofisial. Belum wisatawan yang datang menonton," tuturnya.
Terkait pelaksanaan International Tour de Banyuwangi Ijen (ITdBI) 2014 pada 16-18 Oktober ini, kata Bupati Anas, diikuti 14 tim luar negeri dan enam tim dalam negeri. Para pebalap datang dari 20 negara, yaitu para pebalap dari 20 negara, yaitu Perancis, Kanada, Amerika Serikat, Jepang, Thailand, Iran, Spanyol, Malaysia, Filipina, Australia, Belanda, Brunei Darussalam, Denmark, Rusia, Uni Emirat Arab, Moldova, Maroko, Argentina, dan Indonesia.
"Jadi lengkap pebalap lima benua ada semua," kata Bupati Anas.
Bupati Anas menambahkan, konsep sport tourism menghasilkan tiga dampak. Pertama, membawa banyak manfaat bagi ekonomi masyarakat. Pariwisata olahraga berhasil mengangkat nama destinasi wisata.
"Sekarang kunjungan ke Pantai Pulau Merah yang dijadikan tempat surfing internasional luar biasa besar. Demikian pula kunjungan ke Kawah Ijen dan tempat-tempat lain. Kunjungan wisatawan mancanegara ke Banyuwangi melonjak 392% sejak 2012," kata Bupati Anas.
Kedua, wisata olahraga terbukti bisa membangun kebanggaan dan kepercayaan diri rakyat terhadap daerahnya. Warga yang ada di desa-desa bangga daerahnya dikenal publik global.
"Warga di desa bangga daerahnya dilewati turis asing, jadi ramai," ujarnya.
Ketiga, wisata olahraga sebagai sarana konsolidasi infrastruktur. Melalui ajang wisata olahraga, daerah memperbaiki dan membangun jalan hingga ke pelosok-pelosok desa untuk memudahkan akses bagi wisatawan dan peserta lomba.
"Wisata olahraga juga menjadi jawaban untuk mengatasi kesenjangan spasial antardesa dan antarkecamatan. Seperti ITdBI yang melintasi perdesaan dan semua kecamatan yang ada di Banyuwangi. Ekonomi tumbuh," terang Bupati Anas.
(gik/gik)