Pantauan detikcom di lokasi, ratusan warga Dusun Jetis yang didominasi pemuda dan ibu-ibu rumah tangga itu berorasi di depan PT Kasmaji yang berlokasi di Jalan Raya Perning. Dalam orasinya, warga juga membawa puluhan poster yang berisi tuntutan mereka. Tak sedikit ibu-ibu yang membawa anak mereka dalam aksi demostrasi ini.
Koordinator aksi Miftakhul Ulum mengatakan, ratusan warga dari 6 RT ini menuntut agar PT Kasmaji Inti Utama segera memperbaiki pengolahan limbah cairnya. Pasalnya, sejak 5 tahun terakhir, tempat penampungan limbah cair milik pabrik bahan keramik ini tidak dilapisi beton, sehingga limbah yang diduga mengandung logam berat itu langsung meresap ke dalam tanah.
"Sejak 5 tahun yang lalu, air sumur di dusun kami berubah warna menjadi kuning, baunya tidak sedap," ucap Ulum kepada detikcom di lokasi.
Selain itu, PT Kasmaji juga mengeluarkan asap yang berbau menyengat. Asap tersebut, menurut Ulum hasil dari bahan bakar batu bara yang digunakan pabrik untuk mengolah bahan keramik. Akibatnya, banyak warga yang mengeluh sakit batuk dan sesak nafas.
"Warga banyak yang terkena sakit ISPA, sebelumnya pabrik tidak mengolah bahan keramik sendiri, sejak 5 tahun lalu mengolah sendiri bahan seperti pecahan kaca itu agar keuntungannya bertambah besar," imbuhnya.
Hal senada dikatakan Wati (30), ibu rumah tangga asal Dusun Jetis. Sambil menggendong putranya yang baru berusia 16 bulan, Wati mengaku jika limbah cair PT Kasmaji mengakibatkan air sumur di rumahnya berubah warna menjadi kuning. Untuk keperluan masak dan minum, ibu dua anak ini terpaksa menggunakan air isi ulang.
Selain itu, menurut Wati, anak-anak di kampungnya sering kali terserang batuk dan sesak nafas setelah menghirup asap yang dikeluarkan pabrik.
"Kalau mandi dan cuci pakaian kami terpaksa menggunakan air sumur yang menguning, kadang gatal-gatal setelah mandi. Kalau air sumur kami digunakan untuk masak nasi, nasinya ikut jadi kuning," ungkapnya.
Warga berharap agar PT Kasmaji segera membuat pengolahan limbah yang memadai agar tidak lagi mencemari air tanah. Meski tuntutan warga ini berulang kali disampaikan melalui perangkat Desa Jetis, sampai saat ini tidak pernah ada hasilnya.
"Pabrik segera menanggulangi polusi, asap kalau bisa tidak berbau. Bau limbahnya kalau sore bikin sesak nafas, bikin anak-anak sesak dan batuk," imbuh Wati.
Hingga pukul 11.00 Wib, perwakilan warga masih melakukan dialog dengan manajemen PT Kasmaji. Sementara ratusan warga tetap setia berorasi di depan pabrik. Warga menunggu keputusan dari manajemen pabrik.
(fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini