Jatah Bongkar Turun, Ratusan Sopir Tebu Protes PG Gempol Krep

Jatah Bongkar Turun, Ratusan Sopir Tebu Protes PG Gempol Krep

- detikNews
Senin, 15 Sep 2014 15:11 WIB
Foto: Enggran Eko Budianto
Mojokerto - Ratusan sopir truk pengangkut tebu melakukan protes terhadap manajemen PG Gempol Krep, Kecamatan Gedeg, Mojokerto, Senin (15/9/2014). Pasalnya, mereka kesulitan membongkar muatan tebunya di PG yang tergabung dalam PTPN X dan berimbas pada turunnya penghasilan.

Para sopir menuding, pihak PG mengolah nira sehingga jatah pasokan tebu dari petani diturunkan. Menurut Salam, seorang sopir truk tebu, tersendatnya bongkaran tebu ke PG Gempol Krep terjadi sejak seminggu yang lalu. Jika per hari para sopir bisa mengirim hingga 3 truk, kali ini mereka hanya bisa mengirim 1 truk. Akibatnya, penghasilan mereka turun drastis.

"Kami minta agar pasokan lancar kembali, sehingga bongkaran kami juga lancar. Sehari, ongkos yang kita terima Rp 210 ribu, sejak seminggu yang lalu hanya Rp 70 ribu, itupun belum terpotong ongkos makan selama menunggu bongkar, " kata Salam kepada detikcom di lokasi.

Ratusan truk menumpuk di area bongkar tebu PG Gempol Krep menyusul larangan bongkar oleh pihak PG. Menurut Salam, penumpukan truk ini terjadi sejak pukul 07.30 Wib. Namun hingga pukul 13.00 Wib, belum ada satupun truk yang bisa membongkar muatan tebu.

"PG mengolah nira, sehingga pasokan tebu dari petani dikurangi," ungkap Salam.

Menanggapi tuntutan para sopir, Humas PG Gempol Krep, Samsu membantah jika pihaknya menolak pasokan tebu dari petani. Menurutnya, stok tebu di PG masih melimpah, sedangkan kapasitas mesin giling turun drastis sejak turunnya debit air sungai brantas.

Dalam kondisi normal, debit air yang dibutuhkan untuk pendingin mesin gilingan tebu 900 meter kubik per jam. Namun sejak surutnya air Sungai Brantas, debit air hanya 700 meter kubik per jam.

"Sejak tiga hari yang lalu air sedotan dari kali brantas turun debitnya, air itu kan untuk pendingin mesin, sehingga kami tidak berani mengoptimalkan fungsi mesin. Kapasitas penggilingan tebu kita kurangi. Jika difungsikan maksimal akan terjadi panas. Ibarat radiator dalam mesin kendaraan." ucap Samsu kepada wartawan.

Dalam kondisi normal, debit air yang dibutuhkan untuk pendingin mesin gilingan tebu 900 meter kubik per jam. Namun sejak surutnya air Sungai Brantas, debit air hanya 700 meter kubik per jam.

"Sejak tiga hari yang lalu air sedotan dari kali brantas turun debitnya, air itu kan untuk pendingin mesin, sehingga kami tidak berani mengoptimalkan fungsi mesin. Kapasitas penggilingan tebu kita kurangi. Jika difungsikan maksimal akan terjadi panas. Ibarat radiator dalam mesin kendaraan." ucap Samsu kepada wartawan.

Dalam kondisi normal, Samsu menuturkan, kapasitas giling mencapai 70 ribu kwintal. Namun sejak tiga hari yang lalu, kapasitas giling diturunkan hingga 52 ribu kwintal. Sehingga pasokan tebu petani dari Mojokerto, Jombang dan Lamongan menumpuk di dalam pabrik.

"Sejak Tanggal 2 September, kami tidak datangkan nira lagi, di bagian etanol kan ada keluarkan masuk tanki, dikira tanki itu berisi nira. Soal debit air kita sudah koordinasikan dengan pihak Jasa Tirta agar debit air kita ditambah," imbuhnya.

Kondisi ini dikhawatirkan bakal mempengaruhi pencapaian target musim giling tahun ini. "Taget giling kita musim ini 10,8 juta kwintal, mudah-mudahan kondisi ini tidak mengganggu target kita," pungkasnya.

(fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.