Menurut keluarganya, Sahrul nekat bunuh diri karena semasa sekolah, pemuda yang gemar melukis ini selalu dikucilkan oleh teman-temannya.
Ha itu disampaikan Fiska Jamriani (25), kakak kandung Sahrul yang tinggal serumah menanggapi dugaan kematian Sahrul karen frustasi ditinggal ayahnya menikah lagi.
Menurutnya, perubahan sikap adik kandungnya itu terjadi sejak setahun yang lalu, saat Sahrul memutuskan tidak lagi mau melanjutkan sekolahnya.
Fiska menceritakan, menginjak kelas XII SMA, akhir tahun 2013 lalu, adiknya meminta untuk pindah dari SMAN 1 Puri. Alasannya, pemuda yang pandai berbahasa Inggris itu selalu dikucilkan oleh teman-teman sekelasnya.
Tepat sebelum ujian tengah semester (UTS) pertama digelar, Sahrul yang saat itu duduk di kelas XII IPS 4 itu meminta pindah sekolah.
"Cerita adik saya, dia selalu dikucilkan oleh teman sekelasnya. Teman sekelasnya iri dengan prestasi adik saya yang selalu mendapatkan nilai bagus dalam pelajaran bahasa inggris," ungkap Fiska kepada detikcom saat ditemui di rumah duka, Sabtu sore.
Merasa kasihan dengan adiknya, Fiska menuturkan, Sahrul dipindahkan ke sebuah pesantren di kawasan Pacet. Hanya tiga hari belajar di pesantren, putra bungsu dari pasangan Yuniati dan Nasrullah ini mengaku tidak kerasan. Alasannya, saat itu Sahrul mengeluh sakit gatal-gatal.
"Seminggu kemudian, minta pindah ke sekolah lagi, dan saya daftarkan ke SMA PGRI Surodinawan, di sekolah ini juga tidak kerasan dan hanya mau sekolah dua hari saja. Alasannya dia sering menerima pesan singkat dari teman di sekolah lamanya, isinya mengganggu adik saya," imbuh fiska.
Sejak saat itu, Sahrul yang merasa tak lagi nyaman, memutuskan berhenti sekolah. Pemuda yang bercita-cita menjadi seorang akuntan ini, mengurung diri di dalam kamarnya.
"Adik saya merasa frustasi dengan kondisinya yang selalu dikucilkan, sejak saat itu sampai peristiwa ini terjadi, adik sudah tidak mau lagi berkomunikasi dengan saya, dia hanya mengurung diri di dalam kamarnya," tuturnya.
Hal senada dikatakan Nasrullah (50), ayah kandung Sahrul. Putra bungsunya itu, mengurung diri sejak setahun yang lalu. "Kalau sakit fisik tidak ada, hanya mungkin pikirannya terbebani oleh kondisinya yang tidak diterima oleh teman-temannya," ucap Nasrullah yang mengaku selalu menyempatkan menengok anaknya 2-3 bulan sekali ini.
Jenazah Sahrul telah dimakamkan pagi tadi di TPU kampung halamannya, Desa Kenanten, Kecamatan Puri, Mojokerto. Sebelum meninggal, pemuda putus sekolah ini sempat menulis surat wasiat yang ditujukan kepada keluarga dan teman sekolahnya.
(gik/gik)