Dengan konsep belajar bahasa praktis minim teori dan bertempat di Balai Budaya (kompleks Balai Pemuda) membuat tempat tersebut semakin ramai. Dari data Bagian Kerjasama Pemkot Surabaya, rata-rata ada 1.900 peserta tiap bulan.
"Hingga saat ini, sarana belajar bahasa cuma-cuma telah dimanfaatkan oleh 13.853 peserta," kata Kabag Kerjasama Ifron Hady Susanto dalam keterangan pers pada wartawan, Rabu (27/8/2014).
Ifron mengungkapkan, animo warga kota untuk belajar bahasa asing sangat tinggi. Pihaknya berencana akan menambah ragam bahasa. "Setelah diresmikan bu wali Februari 2014 kami hanya layani bahasa Inggris dan Mandarin. Sekarang masyarakat bisa belajar beragam bahasa seperti bahasa Jerman, Prancis, Jepang, Korea, India dan Thailand," ungkap Ifron.
Dari 8 bahasa asing itu, kata Ifron, Bahasa Inggris, Mandarin, Prancis dan Jepang masih menjadi 'primadona' masyarakat untuk mempelajarinya dan membuat kelas selalu penuh untuk bahasa-bahasa tersebut. Bahkan, petugas Rumah Bahasa sampai kewalahan mencari ruangan untuk menampung membludaknya peserta.
"Dari segi segmentasi, Rumah Bahasa lebih banyak dimanfaatkan mereka yang bekerja di sektor jasa yang dikelola swasta. Beberapa mal dan hotel sudah mengirimkan karyawan yang bertugas di pos-pos tertentu. Misalnya satpam, tim parkir, petugas kebersihan dan petugas informasi. Asosiasi perawat juga tak mau ketinggalan," tuturnya.
Urutan kedua segmentasi peserta Rumah Bahasa ditempati oleh kalangan pelajar dan mahasiswa kemudian disusul para pelaku usaha UKM yang menurut Ifron masih belum terlalu menonjol.
(ze/fat)