Ritual Barong Ider Bumi yang sudah berlangsung turun menurun digelar dengan prosesi mengarak barong keliling desa di hari kedua lebaran.
Barong diarak bersama dengan perangkat desa dan masyarakat Kemiren ke seluruh penjuru desa. Turut serta dalam acara tersebut, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menunggang kuda kecak mengiringi barong melakukan ritual.
"Ini kesenian paling tua di Kemiren, yang dipercaya bisa mengusir penyakit dan bencana di desa ini," kata Serad (72), tokoh masyarakat Desa Adat Kemiren kepada detikcom, Selasa (29/7/2014).
Dalam barisan ritual tersebut, terdapat tetua adat Kemiren yang membawa bokor berisikan uang koin, beras kuning dan bunga.
Sepanjang arak-arakan ini, tetua adat menebar koin dan beras kuning serta bunga ke jalan dan diperebutkan anak-anak. Ini merupakan bagian dari ritual adat yang dinamakan "sembur utik-utik".
Di ujung desa, masyarakat dan pemain kesenian barong berebut pisang yang dipajang. Mereka percaya saat memakan pisang tersebut, orang akan selamat dan diberi kemudahan dalam kehidupan.
Selanjutnya, usai dilakukan ritual Barong Ider Bumi, masyarakat menggelar selamatan dan makan bersama pecel pitik. Pelaksanaan dilakukan di tengah jalan di desa setempat.
"Inilah yang ada di Kemiren, semua sama dan membangun kemajuan desa. Kita harap ini terus lestari dan berkesinambungan hingga nanti," tandas Serad.
Kegiatan Ritual Barong Ider Bumi ini tidak hanya dinanti oleh warga Kemiren atau Banyuwangi saja. Pemudik dari luar kota yang singgah di Banyuwangi, turut serta prosesi yang digelar tahunan ini.
Salaha satunya adalah Indra (35), warga Banyuwangi yang menetap 10 tahun di Balikpapan. Dirinya mengaku tiap tahun selalu menikmati momen ini.
"Setiap tahun saya ikut acara ini. Yang paling teringat ketika makan bersama di tengah jalan," pungkasnya.
(gik/gik)