Pantauan detikcom di lokasi, sebanyak enam tumpeng hasil bumi warga dikirab mengelilingi enam dusun. Yakni Dusun Segunung, Ngrayung, Jani, Sumberingin, Kebon Alas dan Klopo. Tujuh tumpeng tersebut terdiri dari berbagai hasil bumi warga setiap dusun. Berupa sayur-sayuran, buah-buahan, padi, pala wija, nasi, lauk- pauk dan hasil bumi lainnya.
Kirab tumpeng keselamatan dimulai dari lapangan Desa Segunung. Kirab tumpeng diiringi berbagai parade kesenian nusantara. Seperti kesenian bantengan, barongsai, leang-leong dan ondel-ondel.
Selain itu, kirab enam tumpeng keselamatan juga dikawal rombongan raja dan ratu Majapahit yang dikawal maha patih Gajah Mada dan para pasukannya yang membawa pedang dan tombak. Ada juga parade masyarakat dayak Papua, Wali Songo dan para santrinya. Tentunya parade ini diperankan warga Desa Segunung sendiri.
"Sedekah bumi ini untuk melestarikan budaya 'uri-uri' leluhur yang ada di Dusun dan Desa Segunung, yakni mengenang para leluhur yang babat alas desa Segunung. Harapannya masyarakat Desa segunung menjadi makmur dan diberikan keselamatan hidup," jelas Kepala Dusun Segunung Kartono, kepada detikcom di lokasi.
Kirab tumpeng keselamatan dan parade kebudayaan nusantara kali ini diikuti berbagai kalangan. Mulai dari anak-anak, sampai orang dewasa. Mereka memerankan dan memakai kostum sesuai tema masing-masing dusun.
Usai dikirab mengelilingi enam dusun, keenam tumpeng keselamatan dikumpulkan di sebuah punden keramat yang dipercaya warga setempat sebagai tempat bersemedi dan juga makam Eyang Sentono. Eyang Sentono, menurut dipercaya warga sebagai leluhur desa yang telah membabat alas Desa Segunung hingga menjadi sebuah desa.
Sebelum menjadi rebutan ribuan warga yang telah memadati areal sekitar punden, perangkat Desa menggelar ritual ruwat benda pusaka.
Menurut Sumadi Siswo Utomo, Kepala Desa Segunung, dalam ruwatan ini, memperagakan Eyang Sentono yang bertarung dengan dua makhluk halus penunggu hutan. Dengan keris pusaka Songgo Gulu dan Tumbak Kiai Pleret, Eyang Sentono berhasil mengalahkan kedua makhluk halus tersebut.
"Dulunya desa ini berupa hutan belantara yang dalam bahasa jawa disebut 'Wono Dirboyo' atau hutan larangan. Mbah Sentono yang babat alas hingga menjadi Desa Segunung yang kami tinggali saat ini. Oleh sebab itu, acara ini juga sebagai ungkapan syukur kami kepada para leluhur," jelas Sumadi.
Usai ritual dan doa dibacakan, tumpeng keselamatan pun menjadi rebutan ribuan warga. Hanya dalam hitungan menit, isi tumpeng telah ludes dikeroyok warga yang hadir. Selain itu, puluhan tumpeng kecil yang juga dibawa warga ke punden keramat juga ludes menjadi santapan warga.
"Kami percaya dengan memakan tumpeng ini, kami akan mendapat keselamatan dan kemakmuran, jadi makanan ini akan saya bawa pulang untuk saya makan bersama keluarga saya," ungkap Sumarni (60), warga sekitar yang ikut berebut tumpeng keselamatan.
(fat/fat)