Satu Pohon Durian Merah, Pak Serad Mampu Dulang Rp 16 juta

Berburu Durian Merah di Banyuwangi

Satu Pohon Durian Merah, Pak Serad Mampu Dulang Rp 16 juta

- detikNews
Jumat, 09 Mei 2014 13:11 WIB
Mencoba durian merah dan lay di Songgon/Budi Sugiharto
Banyuwangi - Potensi hasil holtikultura di Banyuwangi semakin menjanjikan. Selain semangka dan jeruk, budidaya durian merah Banyuwangi mulai banyak digandrungi.

Kelangkaan durian merah di Bumi Blambangan ini membuat harga buah khas tropis ini selangit. Semakin dikenalnya durian merah dan banyak diburu ini, membuat petani durian merah tidak perlu lagi menjajakan duriannya di jalanan.

Serad (74), warga Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, adalah salah satu pemilik pohon durian merah yang mendulang untung.

Sejak 1997, durian merah milik Serad diburu oleh penikmat durian yang penasaran. Bahkan mereka rela menginap di rumahnya, demi mendapatkan durian merah miliknya, yang biasanya jatuh pada dinihari dan sore hari.

"Setiap kali panen itu bisa sampai 300 buah lebih. Dan itu terus menerus berlangsung mulai bulan Januari hingga April," ujar Serad kepada detikcom, Jumat (9/5/2014).

Serad mengakui pohon durian yang di juluki 'Si Wayut' atau warisan buyut ini, adalah peninggalan dari keluarganya. Lebih dari 350 tahun, pohon ini telah memberikan penghidupan bagi keluarganya.
Untuk panen kali ini, Serad mengaku mendapatkan uang dari hasil panen durian merahnya sebesar Rp 16 juta.

"Kalau yang kecil saya jual Rp 50 ribu kalau besar Rp 100 ribu perbuah. Untuk per harinya, kadang ada 6 buah yang jatuh. Dan itu sudah banyak pesanan dan rebutan," tambahnya.

Serad mengaku menjual sendiri hasil panen duriannya. Pernah beberapa waktu, ada yang memborong seluruh durian merahnya, sebelum waktunya panen. Harganya pun separo dari hasil panen saat itu.

"Saya tidak mau kalau pakai sistem tebas atau borongan. Rugi besar. Mending saya jual satu per satu saja," tambahnya.

Untuk merawat "si Wayut" ini, Serad mengaku tidak ada yang rumit. Selain memberi pupuk kandang yang teratur, dirinya selalu melakukan penyiraman pada malam hari. Penyiraman dilakukan secara penuh sampai tanah disekitar pohon becek.

"Saya siram malam hari sampai tanahnya becek. Istilah bahasa Jawanya itu di "leb". Ini untuk menggemburkan tanah dan memunculkan unsur hara di sini," tambah Serad.

Selain menyediakan buah durian merah, Serad memperbanyak bibit durian merah dengan cara cangkok. Ada pula dengan biji yang diambil dari sisa durian merah yang dimakan oleh penggemar durian dirumahnya.

Untuk bibit durian merah keturunan Si Wayut, Serad menjualnya antara Rp 150 ribu sampai Rp 200 ribu per bibit.

Dirinya juga bekerjasama dengan Pusat Penelitian Durian Merah Banyuwangi menggalakkan durian merah. Dirinya mengaku tidak akan tersaingi jika banyak yang memiliki pohon durian merah. Semakin banyak orang memiliki durian merah, semakin banyak pula petani yang bisa meraup untung seperti dirinya.

"Tidak ada perasaan tersaingi jika banyak yang punya durian merah. Justru itu harapan saya agar mereka merasakan untung," tandasnya.

Sementara itu, Kepala Pusat Penelitian Durian Merah Banyuwangi, Eko Mulyanto mengakui jika Si Wayut dijadikannya sebagai pohon induk dari durian merah Banyuwangi. Si Wayut menjadi tempat dirinya melakukan observasi dan penelitian untuk pengembangan durian merah.

"Kita tidak ingin kehilangan durian merah Banyuwangi," tandas Eko.

(gik/gik)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.