"Dari hasil koordinasi (dengan Walikota Surabaya Tri Rismaharini), sudah diputuskan dipastikan tutup pada 19 Juni. Sebelum puasa sudah tidak ada aktivitas lagi di sana," kata Gubernur Jawa Timur Soekarwo kepada wartawan usai acara apel penerimaan Samkaryanugraha Parasamya Purna Karya Nugraha di gedung Grahadi, Jalan Gubernur Suryo, Senin (28/4/2014).
Gubernur yang biasa disapa Pakde Karwo mengatakan, setelah ditutup sebelum puasa tahun ini, lahan yang berada di eks lokalisasi Dolly akan 'disulap' menjadi fasilitas umum (fasum) seperti masjid, taman dan fasum lainnya.
"Bisa jadi dibuat masjid besar, taman, atau fasilitas umum lainnya, asalkan sangat berguna bagi masyarakat," katanya sambil menambahkan, secara teknis, pemprov menyerahkan sepenuhnya penutupan tersebut ke Pemerintah Kota Surabaya selaku pemilik wewenang.
"Pemerintah provinsi hanya siap memfasilitasi apa yang diminta Pemkot Surabaya saja," tuturnya.
Penutupan Lokalisasi Dolly memang diakui sulit, karena dinilai banyak pemodal besar. Namun laporan dari Pemkot Surabaya, kendala tersebut perlahan-lahan diatasinya.
Selain itu, kondisi sosial khususnya terhadap WTS sangat memprihatinkan. Pasalnya, mereka rata-rata tercekik hutang dengan mucikari, sehingga tidak bisa lepas di 'lembah hitam'.
"Ke depan mereka akan diberi modal untuk membuka usaha. Pemkot sudah menyiapkan skemanya. Pemprov siap memfasilitasi pemintaan pemkot, apakah soal dana, pelatihan untuk WTS, termasuk kemudahan pembelian wisma milik mucikari. Bila perlu, Bank UMKM memberi kemudahan kredit," tandasnya.
(roi/fat)