"Mayoritas kaum Nahdliyin masih bergerak di sektor ekonomi skala UMKM. Menjadi kewajiban bagi lembaga intelektual seperti ISNU untuk ikut berkontribusi secara pemikiran, jaringan, dan aksi untuk mengembangkan UMKM," kata Ketua Umum ISNU Jatim Abdullah Azwar Anas di sela-sela acara Musyawarah Kerja Wilayah (Muskerwil) ISNU Jatim di Banyuwangi, Jumat (18/4/2014).
Muskerwil yang diikuti pengurus ISNU kabupaten/kota Jatim serta pengurus harian ISNU Jatim itu sepakat jika intelektual tidak boleh hanya berada di menara gading.
Menurut Anas, intelektual harus turun gelanggang dan bertanggung jawab terhadap perkembangan di masyarakat. Karena itulah, ISNU Jatim dengan jaringannya di berbagai daerah akan mengoptimalkan seluruh daya dukungnya untuk memajukan ekonomi umat.
Dalam konteks Jatim, kata Anas, dorongan ke pengembangan UMKM sangat relevan. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jatim pada 2013 mencapai Rp 1.136 triliun, di mana sekitar 50 persen di antaranya adalah kontribusi UMKM. Sebagai wilayah dengan basis kaum Nahdliyin terbesar, mengembangkan UMKM di Jatim secara otomatis juga meningkatkan kesejahteraan ekonomi kaum Nahdliyin.
"Yang ISNU lakukan adalah mendorong melalui kerja-kerja kolektif di tingkat lokal. Salah satunya dengan mendorong pengembangan pasar produk dan jasa UMKM ke industri besar agar tercipta linkage. Seperti contoh di Banyuwangi yang petani hortikulturanya kami sambungkan dengan pemasar dan industri, sehingga ada jaminan harga di petani," jelasnya.
ISNU Jatim akan menggandeng sejumlah pihak swasta dan BUMN, termasuk kalangan perbankan, untuk mengembangkan UMKM, terutama di basis-basis pesantren. UMKM-UMKM terpilih akan didampingi dari sisi manajemen keuangan, pemasaran dan diversifikasi produk/jasa.
"Yang penting juga adalah memberi sentuhan kewirausahaan di kalangan santri di pondok pesantren agar santri-santri bisa menjadi problem solver bagi ekonomi umat," kata Anas.
ISNU Jatim juga akan berupaya memfasilitasi masalah pembiayaan dengan menciptakan kerja sama dengan sejumlah koperasi dan perbankan.
"Dalam hal ini, kami berharap bermunculan koperasi dan BMT (Baitul Mal wat Tamwil) yang bisa menjadi solusi bagi pembiayaan UMKM," pungkas Anas.
(fat/fat)