Dari pantauan detikcom, beras raskin yang diterima warga berwarna agak kekuning-kuningan dan berbau agak apek. Bahkan, saat warga membuka satu karung yang masih utuh pun beras dengan kondisi yang sama juga sudah berwarna agak kekuning-kuningan dan berbau apek.
Selain berwarna agak kekuning-kuningan, beras raskin yang diperuntukkan bagi warga miskin juga mengeluarkan kutu dan ulat saat dibuka. Padahal beras yang baru saja dibagikan tersebut dalam kondisi masih dalam karung.
Keluhan semacam ini ternyata tidak hanya dialami oleh satu atau dua orang saja. Hampir semua penerima raskin di desa ini kondisi berasnya hampir sama. Salah seorang penerima beras raskin asal Dusun Jalak, Desa Sukorejo, Kecamatan Turi, Ummu Yati, mengatakan, hampir semua warga miskin di desanya menerima beras raskin dengan kondisi yang sama dengan yang dia terima.
Bahkan beras yang mereka terima ternyata sudah berdebu dan ditemukan banyak ulat dan kerikil. "Masak beras seperti ini diberikan kepada masyarakat, kata Ummi kepada wartawan di rumahnya, Jumat (4/4/2014).
Melihat kondisi raskin yang diterimanya bercampur ulat, perempuan yang berumur setengah abad itu pun membuang dan memberikan beras tersebut sebagai makanan ikan. Ia khawatir dengan mengkonsumsi raskin yang bercampur ulat itu membahayakan bagi dirinya.
"Siapa yang mau makan beras seperti ini," tandasnya.
Dia menjelaskan, raskin itu diterima beberapa hari lalu dan dia mengambil jatah raskin melalui dusun setempat sebanyak 15 kg. Untuk mengambil jatah raskin tersebut, setiap warga harus membayar Rp 25 ribu dengan mendapatkan 15 kg beras.
Namun saat perempuan tua akan mengkonsumsinya, ia kaget karena raskin yang diterimanya bercampur ulat. "Saya kaget karena berasnya bercampur ulat," kata dia.
Hal serupa diakui oleh warga lain, Wati. Raskin yang diberikan kali ini tidak layak untuk dikonsumsi dan bercampur ulat. "Sudah 2 bulan ini jatah beras yang kami terima jelek seperti ini," tandasnya.
Sementara pihak Bulog Lamongan melalui Rudi mengakui jika ada beras raskin yang dibagikan ke warga mengandung ulat atau berdebu. Pihaknya menandaskan kalau beras semacam itu bisa ditukarkan oleh warga dengan beras yang baru.
"Beras demikian bisa ditukarkan dengan beras yang baru dengan kondisi yang baik," tuturnya.
Rudi juga mengatakan, adanya beras yang mengandung ulat atau berdebu tersebut di luar kehendak Bulog. Sebab beras yang diterima warga sebenarnya disimpan Bulog Lamongan dan dibagikan ke warga dalam keadaan masih di dalam karung.
"Sebagian warga juga sudah ada yang menukarkan beras tersebut ke kami," pungkasnya.
(fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini