Salah satu yang tidak mau dipulangkan yakni, Maulana salah satu 'lulusan' pasien psikotik (gangguan kejiwaan). Dia tiba-tiba menangis histeris dan tak mau turun dari mobil yang membawanya dari Liponsos ke balai kota. Melihat kondisi itu, Kepala UPT Liponsos Sri Supatmi mencoba merayu Maulana agar mau turun. Namun bocah asal Tuban tersebut malah menangis histeris.
"Ini lho bu, dia tidak mau pulang kalau belum dibelikan sepeda," kata Sri Supatmi kepada Risma di halaman Balai Kota Surabaya, Rabu (3/4/2014).
Mendengar tangisan itu, naluri Risam sebagai seorang ibu muncul. Wali Kota Surabaya ini langsung mendekati dan membujuk Maulana. "Sepeda apa seh yang dipingini, sepeda model apa? Ya nanti ibu belikan, sekarang diam ya, tidak usah menangis," kata Risma dengan nada lembut. Seketika itu juga tangis Maulana berhenti.
Usai resmi dilepas Risma, 52 'lulusan' Liponsos kembali ke masing-masing mobil yang akan mengantar ke daerahnya. Namun, tiba tiba terdengar suara 'Hueks" dari mulut Maulana. Bocah itu pun tiba-tiba pingsan.
"Pak itu tolong digendong ke dalam mobil. Siapa yang mendampingi ini nanti? Tolong ya mas dijaga, kalau tidak mampu ngatasi, minta bantuan teman relawan lainnya untuk ngawal Maulana," ujar Risma kepada salah satu relawan psikolog yang ikut dalam rombongan mobil 'lulusan' Liponsos.
Risma juga sempat menuntun seorang wanita lansia 'lulusan' Liponsos ke dalam mobil. "Wangsul nggih mbah, kepangge kale putune. Sehat sehat nggih, ngapunten (pulang ya mbah, ketemu dengan cucunya. Sehat sehat ya, maaf)," ucap Risma sambil menggandeng tangan kiri wanita tua ke dalam mobil.
(bdh/bdh)