Di beberapa kecamatan, yang semula tingkat kemiskinannya di level 20%-40%, bahkan bisa ditekan menjadi satu digit alias di bawah 10%.
"Karakteristik kemiskinan di beberapa kecamatan beda, sehingga pendekatannya juga beda. Mengatasi kemiskinan resepnya tidak bisa generik. Kita sesuaikan dengan karakter lokal, saya petakan masalahnya lalu solusinya," kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas kepada detikcom, Kamis (13/2/2014).
Dunia usaha dilibatkan. Skema private partnership ini secara efektif bisa mengurangi kemiskinan. Misalnya dengan cara pemberdayaan petani kecil dan menengah oleh perusahaan makanan, sehingga terjadi peningkatan kualitas produk sekaligus penyerapan komoditas petani dengan harga yang memadai.
Strategi lain adalah menggeber sektor pariwisata. Strategi ini dikhususkan untuk daerah yang punya potensi wisata. Sektor perikanan disentuh dengan peningkatan nilai tambah produk dan Gerakan 10.000 Kolam Pekarangan. Melalui program ini warga diajak mandiri dengan membudidayakan ikan.
Adapun di daerah yang telah ditetapkan sebagai zona industri, didesain dengan mengundang sejumlah investor yang komitmen terhadap konsep investasi industri ramah lingkungan.
Ramuan strategi itu membawa hasil dengan penurunan kemiskinan dan pengangguran. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Banyuwangi sebesar 3%, berada di bawah rata-rata TPT Jawa Timur yang sekitar 4%.
"Jadi penyakit ekonomi makro itu ada, yaitu kemiskinan dan pengangguran. Kalau ekonomi tumbuh bisa menghasilkan dampak pada penurunan kemiskinan dan pengangguran, itu artinya pertumbuhan berkualitas, pertumbuhan inklusif yang dirasakan merata," papar pria 40 tahun ini.
(gik/try)