"Lek mbledose mesti mbledos, tapi tahun, sasi, tanggal dereng (Kalau meletus, tetap meletus. Tapi tahun bulan dan tanggal masih belum). Biarlah masyarakat tenang sementara," kata Mbah Ronggo saat ditemui di rumahnya, Rabu (12/2/2014) siang
Mbah Ronggo sendiri tidak bisa memprediksi apakah Kelud akan meletus dalam waktu dekat. Sebab dirinya sampai saat ini belum menerima isyarat alam yang ia sebut "wangsit".
Begitu juga ketika ditanya ihwal kepercayaan sejumlah warga tentang hari-hari Jawa seperti, Jumat Wage dan Sabtu Kliwon, hari-hari dimana Gunung Kelud erupsi pada tahun 1966 dan 1990, Mbah Ronggo juga tidak percaya. Menurutnya, kepercayaan seperti itu tidak lebih dari sekedar gosip.
Mbah Ronggo yang saat ini berusia 60 tahun juga percaya dengan keberadaan alat pencatat aktivitas Gunung Kelud. Meski begitu, ia juga percaya dengan tanda-tanda alam yang selama ini memberi isyarat kepada dirinya.
Sementara itu data terakhir yang dihimpun dari pos pengamatan Gunung Kelud di Desa Sugihwaras, dari pukul 00.00 sampai dengan pukul 06.00 WIB, Rabu (12/2) terjadi gempa vulkanik dangkal sebayak 149 kali, gempa vukalnik dalam 43 kali, dan suhu udara air kawah 56,9 derajat.
(bdh/bdh)