Siapa yang cambukannya banyak mengenai tubuh lawan, dialah sebagai pemenangnya.
Ritual yang dikenal dengan istilah ojung itu digelar di Dusun Belengguen Desa Bugeman Kecamatan Kendit. Selain sebagai ritual menghindari bencana, kegiatan itu juga untuk menghormati petuah para leluhur desa setempat. Sehingga diyakini dapat menjadi perantara datangnya kemakmuran bagi warganya.
"Ojung ini rangkaian dari kegiatan selamatan desa. Ojung rutin kami gelar setiap tahun, sesuai petuah para pembabat desa. Jika tidak dilaksanakan, warga di sini optimis bisa mendatangkan bencana. Jadi selamatan desa ini sekaligus untuk menghindari bencana," kata Kepala Desa Bugeman Udid Yuliasto kepada wartawan.
Pantauan detikcom menyebutkan, kegiatan yang berlangsung hingga pukul 16.30 Wib ini disaksikan ribuan pengunjung. Tidak hanya dari Kecamatan Kendit, pengunjung juga berdatangan dari berbagai daerah di Situbondo dan Bondowoso. Bahkan, seorang turis asing asal Amerika juga tampak menikmati sajian ojung. Mereka rela berdesakan di bawah panggung yang 'disulap' mirip ring tinju oleh panitia.
Para petarung ojung juga tidak dibatasi. Peserta bisa datang dari daerah mana saja. Mereka juga bebas mencari lawan tanding di bawah ring. Begitu cocok, kedua petarung langsung naik ke panggung. Di atas ring, panitia menyiapkan peci dan sarung sebagai kewajiban untuk dikenakan setiap petarung. Setelah diberitahu aturan mainnya, para petarung pun langsung duel.
Dalam setiap pertarungan, tiap peserta hanya dibatasi mencambukkan rotan di tangan masing-masing sebanyak tiga kali secara bergantian. Setiap pukulan yang mengenai tubuh akan ditandai dengan coretan spidol. Siapa pukulannya banyak mengenai tubuh lawan maka tampil sebagai pemenang. Meski hadiah pemenang hanya berupa door prize, mereka tampak bangga bisa tampil di atas ring ojung.
"Saya sudah sejak muda gemar main ojung. Biar hadiahnya tidak seberapa, tapi saya senang bisa ikut tampil. Bekas pukulan ini sakit, bisa tiga hari terasa perih. Tapi namanya sudah hobi ya tidak peduli," ujar seorang petarung ojung berjuluk Sapu Jagat.
Wakil Bupati Situbondo Rahmad yang hadir di lokasi mengatakan, ojung merupakan kesenian tradisional yang harus terus dilestarikan. Dinas Pariwisata Situbondo diminta aktif mempromosikan ojung agar bisa menjadi salah satu aset wisata di Situbondo.
"Pagelaran ojung ini ditampilkan dalam acara seni budaya di Jakarta. Makanya perlu terus dilestarikan. Khusus di Desa Bugeman, ojung bagian dari selamatan desa. Kalau tidak digelar, masyarakat punya keyakinan akan datang bencana," tutur Wabup Rahmad.
(fat/fat)