Barter atau pertukaran satwa terjadi saat pengelolaan KBS dipegang oleh Tim Pengelola Sementara (TPS). Saat itu, puluhan satwa ditukar untuk pembangunan beberapa wahana KBS. Namun menjelang diserahkan ke Pemkot Surabaya, Walikota Tri Rismaharini, langsung meminta barter dihentikan.
Dari catatan detikcom, pertukaran satwa pertama terjadi pada 4 Juni 2013 untuk mendaptatkan dana pembiayaan pengiriman Jerapah Afrika dari Berlin Jerman untuk KBS sebesar Rp 600 juta. 76 Satwa dikirim ke Kebun Binatang Mirah Fantasia Banyuwangi.
Ke 76 satwa tersebut terdiri dari 13 spesies. Yakni 30 ekor pelikan kacamata, 8 ekor jalak bali, 8 ekor ibis putih kepala hitam, 4 ekor pecuk padi hitam, 5 ekor kambing gunung, 4 ekor iguana hijau, dan 3 ekor sitatunga.
Selain itu, juga ada 2 ekor kera Sulawasi, 2 ekor orangutan, 5 ekor bekantan, 2 kuda nil mini, dan 3 gajah Sumatera.
Pertukaran 39 satwa juga dilakukan TPS pada 29 Juni 2013 yang ditukar satu kijang Innova dan satu unit sepeda motor untuk operasional. Barter dilakukan dengan Lembaga Konservasi Lembah Hijau Bandar Lampung.
39 Satwa yang ditukar dengan dua kendaraan operasional yakni: 10 ekor pelikan, 4 petuk padi hitam, 4 ibis putih kepala hitam, 3 rusa Bawean, 2 kanguru tanah, 2 banteng, 2 orangutan, 4 kambing gunung, 3 kijang, 3 sipatungga, dan 2 babi rusa.
Tak cukup itu, TPS KBS kembali melakukan pertukaran puluhan satwa dari 16 jenis satwa untuk pembangunan museum satwa di KBS pada 1 Juli 2013. Barter satwa dilakukan dengan Taman Hewan Pematang Siantar di Sulawesi Utara.
Kepala Wilayah III BBKSDA RM Wiwiet Widodo pernah mengatakan kepada detikcom bahwa pertukaran satwa sangat diperbolehkan antarlembaga konservasi atau kebun binatang.
"Di KBS memang ada beberapa satwa yang surplus dan membuat kondisi kandang penuh sesak. Bisa menganggu tumbuh kembang satwa. Karena itu harus dikeluarkan ke lembaga konservasi lainnya," kata Wiwiet saat pertukaran satwa ramai diperbincangkan orang.
Namun keluarnya satwa, kata Wiwiet, harus ada gantinya atau yang dibutuhkan oleh KBS. "Itu tidak masalah. Pokoknya, apa yang dibutuhkan, itu yang harus dipenuhi oleh lembaga konservasi yang menginginkan satwa dari KBS," ujar Wiwiet.
(bdh/try)