Mbok Temu, Penari Gandrung Banyuwangi yang Tak Pernah Menyerah

Mbok Temu, Penari Gandrung Banyuwangi yang Tak Pernah Menyerah

- detikNews
Jumat, 27 Des 2013 17:11 WIB
Surabaya - Diantara enam perempuan di Jatim yang mendapat penghargaan dari Partai NasDem, salah satunya adalah Mbok Temu.

Mbok Temu yang memiliki nama asli Temumisti ini dinilai pantas mendapat apresiasi karena kegigihannya melestarikan budaya lokal Banyuwangi.

Usia renta tak membuatnya berhenti ataupun menyerah untuk melestarikan Tari Gandrung. Hingga menginjak usianya yang ke 60 Tahun, Mbok Temu tetap menari Gandrung.

Sayangnya perempuan kelahiran Banyuwangi ini tidak bisa naik panggung untuk menerima penghargaan istimewa dari partai yang dipimpin Surya Paloh.

Mbok Temu tiba di Hotel JW Marriot, Surabaya, sesaat setelah acara penganegerahan dan deklarasi "Perjuangan Perempuan Nasdem' bubar.

Maklum, perjalanan dari Banyuwangi ke Surabaya membutuhkan waktu 6 jam. Apalagi, Mbok Temu mendapat tugas mengisi acara dengan menari Gandrung di Banyuwangi yang selesai pada Pukul 04.00 WIB.

"Saya dari menari subuh tadi langsung berangkat, ya terlambat. Apalagi ada macet di jalan," kata Mbok Temu yang disambut petinggi Partai NasDem Jatim dan pusat di hotel.

Ikut menyambut Mbok Temu antara lain Ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai NasDem Ferry Mursyidan Baldan, Ketua Bidang Media dan Komunikasi Publik DPP Partai NasDem Sri Sajekti Sudjunadi, Ketua Partai NasDem Jatim Laksamana (purn) Tedjo Edipurdianto dan Siti Nurbaya Ketua Bidang Otoda DPP NasDem.

Mbok Temu mengaku bangga masih ada partai yang peduli dengan apa yang telah dilakukan. "Terima kasih atas perhatiannya," kata Mbok Temu yang mengaku masih lelah itu.

Mbok Temu menjadi penari Gandrung sejak usia 15 Tahun. Saat ini masih terus aktif melestarikan budaya hingga mendirikan sanggar tari Seni Gandrung Banyuwangi dan menelorkan bibit-bibit penari gandrung hingga ada yang membuka sendiri sanggar tari.

"Saya berharap agar budaya ini dilestarikan dan mendapatkan perhatian dari pemerintah," tandasnya.

Selain Mbok Temu adalah Hj Fadilah Masruh. Meski tak bisa membaca dan menulis di usia sekolah dasar, namun perempuan 55 Tahun asal Ngawi ini mampu menghafal Al Quran. Dia juga menyusuri pelosok-pelosok desa dan kota sambil melantunkan ayat Kursi Al Quran sebagai Kafidoh bersama 26 anak didiknya.

Ratna Budi Sulistiorini, penyuluh pertanian swasta dan guru TK. Kemudian Titi Winarti, pebisnis yang memperkerjakan 600 penyandang disabilitas. Pemilik Tiara Craft ini jatuh bangun menjadi menu sehari-hari selama perempuan ini membangun bisnisnya.

Dr Hj Tati Mulyati, MM, seorang tokoh dunia pendidikan yang memulai perjalanannya dari bawah. Kini perempuan kelahiran Jombang 26 Desember 1962 ini menjabat sebagai Rektor Universitas Merdeka Madiun.

Kemudian Mariani Zaenal. Ia sebagai pendiri Pusat Krisis Cahaya Mentari. Dinilai luar biasa karena bekerja tanpa pamrih, tanpa mengharapkan upah.


(gik/bdh)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.