"Nggak tahu kalau melakukan (aborsi) gitu. Tahunya dukun pijat urat, laki-laki atau perempuan," ujar Latifa, tetangga sebelah rumah Mbok Yam kepada detikcom di rumahnya, Dusun Polai Desa Semendi, Rabu (18/12/2013).
Lantaran tidak tahu jika Mbok Yam membuka praktik aborsi, warga tak merasa curiga atas kedatangan cewek-cewek muda atau sepasang muda-mudi yang selama ini bertandang ke rumahnya. Baru setelah polisi datang dan terungkap Mbok Yam seorang dukun Aborsi, warga kemudian mengetahuinya.
Warga sekitar akhirnya menyimpulkan kedatangan tamu cewek-cewek atau sepasang muda-mudi ke rumah Mbok Yam, bisa jadi adalah untuk aborsi. Anggapan warga itu bisa jadi benar jika dikaitkan dengan temuan polisi terhadap janin yang dikubur mencapai 22.
Seorang tetangga yang jaraknya 200 meter, Asyari mengaku, selama ini mengetahui Mbok Yam sebagai tukang pijat urat laki-laki atau perempuan. Ia memperkirakan, praktik pijat urat Mbok Yam sudah hampir 40 tahun dijalani.
"Nggak nyangka kalau praktik begitu (aborsi). Ngertinya cuma pijat urat dan badan," ujar Asyari.
Ia pun menyangka jika anak muda cewek atau cowok yang ikut mengantar ke rumah Mbok Yam adalah untuk pijat urat atau badan saja. "Pasien muda yang datang itu nggak sendirian, pasti ada temannya yang ikut mengantar," imbuhnya.
Informasi dari warga yang lain menyebut, ada juga pasien yang menginap di rumah Mbok Yam dan baru keesokan harinya pulang. Sebagaian besar tamu yang datang ke rumah Mbok Yam, tidak dikenali oleh tetangga sekitarnya. Wajah mereka masih asing di mata warga.
Yang mengherankan warga, para pasien dari luar daerah Mbok Yam telah berpraktik aborsi. Padahal warga sekitarnya tidak ada yang tahu bahwa Mbok Yam bisa melakukan aborsi.
Sementara itu rumah Mbok Yam sudah dipasang police line dan dijaga polisi. Hal ini dilakukan agar tidak merusak TKP.
(fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini