Polisi yang menghadang massa gabungan buruh, petani dan mahasiswa di depan pintu kejaksaan, terpancing emosinya saat beberapa orang peserta aksi memaksa masuk ke dalam halaman kejaksaan. Tak hanya itu, beberapa orang melempari kantor kejaksaan dengan gelas air mineral dan telur.
Polisi akhirnya bertidak tegas dengan memukul mundur massa yang hendak masuk kantor kejari dengan membawa keranda mayat simbol kematian penegakan hukum. Baku pukul pun tak terelakkan. Massa saling serang dengan aparat kepolisian.
Salah seorang pendemo aksi mengalami luka di bagian kepala akibat terkena pentungan petugas, dan seorang peserta yang diduga provokator menjadi bulan-bulanan polisi. Bahkan, Wakapolres Blitar Kota Kompol Harry Poernomo sempat terkena pukulan massa aksi.
"Saya sedang puasa dan terkena pukulan di perut sampai 3 kali. Lumayan mas, cobaan orang puasa," kata Kompol Harry Poernomo di lokasi unjuk rasa.
Menurut korlap aksi, Pringgo, aksi yang menuntut penuntasan kasus korupsi tersebut merupakan desakan kepada institusi kejaksaan agar serius menangani kasus korupsi di Blitar.
"Kami menuntut Kajari mundur sekarang juga. Karena Kajari mandul dalam menuntaskan kasus-kasus korupsi yang telah kami laporkan sejak tahun 2009 silam," ujar Pringgo.
4 Perwakilan massa akhirnya diperbolehkan masuk ke ruang lobi kejaksaan. Ditemui Kasat Intel Anshori dan Kasat Pidum Yusi Istono, 4 perwakilan massa menyampaikan tuntutan mereka.
"Tidak mungkin terjadi chaos pak, kalau pak kajari mau menemui kami. Tuntutan kami, kami ingin langkah kongkrit pak sebab selama ini kejaksaan kami nilai tidak melakukan langkah-langkah yang cepat," ujar Pringgo saat ditemui di ruang lobi.
Aksi unjuk rasa akhirnya berakhir setelah perwakilan massa menyerahkan berkas-berkas indikasi korupsi, serta sebuah batu nisan kepada Kasat Pidum Kejaksaan.
(bdh/bdh)