Semisal batik motif motif Gringsing, milik Haidi Bing Slamet (32), yang dipajang di showroom Batik Kemiren. Usia batik milik budayawan muda tersebut sudah turun temurun 5 generasi. Kain batik dengan motif gringsing kuno tersebut sudah langka ditemukan.
"Kain batik milik saya ini sudah 5 generasi dan sekarang hanya menjadi koleksi keluarga saja," ujar pria bertubuh tambun ini ditemui detikcom di showroom Batik Festival Kemiren, Senin (7/10/2013).
Haidi yang akrab dipanggil Edi ini menjelaskan, di Kemiren terdapat banyak motif batik asli suku Using. Diantaranya, Sembruk cacing, gajah oling, Umah tawon, kopi pecah, gedheg'an, gajah mungkung, paras gempal, srimpet, wader kesit, kangkung setingkes, lakaran, juwono, gringsing, garuda mungkur dan sekar jagad.
Motif batik tulis asli Kemiren ini hingga saat ini masih dipertahankan. Namun beberapa diantaranya yang memiliki tingkat kerumitan pembuatannya sulit untuk ditiru pengrajin saat ini. Seperti motif gringsing yang guratan motifnya kecil dan memanjang. Begitu pula degradasi pewarnaan.
"Misal motif Gringsing ini, kalau pengrajin kuno menggunakan canting berukuran kecil. Kalau yang dihasilkan pengrajin sekarang menggunakan canting berukuran besar," urai Edi.
Selain kain batik, masyarakat Kemiren juga memiliki jenis kain tenun kawung atau kuwung. Kain tenun ini biasanya digunakan sebagai sedekah hajatan. Seperti pernikahan atau sunatan. Uniknya, warga Kemiren juga gemar mengkoleksi kain tenun dari daerah lain. Salah satunya sarung Samarinda.
Di showroom Batik Kemiren juga dipamerkan beberapa sarung Samarinda yang sudah berusia 4 generasi. Dulunya, sarung Samarinda yang dipamerkan tersebut adalah sedekah pernikahan warga Kemiren. Yang pada akhirnya diwariskan kepada generasi selanjutnya.
"Harga batik kemiren khususnya hasil produksi zaman dulu tergolong mahal, terlebih yang usianya sudah ratusan. Kebanyakan pemiliknya enggan menjual," tambah Sofyan, yang memiliki batik motif wader kesit berusia 6 generasi.
(fat/fat)