Di ubin itu ditemui sekitar 12 orang yang rebahan. Di antaranya ada menyanyi dan terlihat ada pula yang termenung sembari memandang langit.
Itulah pemandangan yang bisa disaksikan di Lingkungan Pondok Sosial (Liponsos), Keputih, Sukolilo, Surabaya, Senin (30/9/2013).
Tempat penampungan gelandangan dan pengemis (gepeng), wanita tuna susila (WTS) hingga mereka yang mengalami gangguan jiwa ini dihuni 1.220 orang. Mereka adalah yang terjaring razia yang dilakukan Satpol PP Pemkot Surabaya.
Bangunan di atas lahan seluas 1,6 hektar ini dibagi 4 blok. Masing-masing blok dibagi untuk psikotik atau gangguan kejiwaan, WTS, dan gepeng. Tentunya, penghuni blok juga menyesuaikan jenis kelamin.
Detikcom sempat menelusuri Blok A yang dihuni para psikotik berkelamin pria. Saat memasuki pintu, aroma tak sedap langsung menyambut serta celotehan para penghuninya.
Bahkan tak sedikit yang telanjang bulat dan tiduran halaman. "Ayo dipakai pakaiannya. Tidak sopan kalau seperti ini. Ayo dipakai," pinta Kepala UPT Liponsos Sri Supatmi sambil menghampiri seorang pria tua bugil. Dan meski telah ada kamar mandi namun beberapa orang buang air kecil di saluran air . Namanya juga gangguan jiwa, tentu tak ada rasa malu.
Bangunan Blok A dibagi menjadi lima bangunan yang terdiri dari 4 ruangan untuk kamar tidur para penghuni dan satu bangunan kamar mandi. Ruang tidur dan kamar mandi serta terasnya cukup bersih.
Berlanjut ke Blok C yang merupakan tempat penampungan para gepeng dan WTS. Kondisi blok tersebut jauh lebih sunyi dibandingkan Blok A dan Blok B yang dihuni penderita gangguan jiwa perempuan. Sedangkan Blok D dihuni gepeng laki-laki.
Seperti halnya rumah tahanan, di Liponsos juga disediakan waktu berkunjung. Namun, jam kunjungan akan ramai bila ada razia. "Apalagi kalau semalam ada razia WTS dan banyak terjaring pasti akan banyak orang yang membesuk," ujar Sri Supatmi.
(ze/gik)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini