Untuk membangun 10 SPBG tersebut, PT Citra Nusantara Energi (CNE) perusahaan swasta yang bergerak di bidang energi ini mengucurkan investasinya sekitar Rp 90 miliar.
"10 SPBG ini memiliki kapasitas sebesar 8 million metric standard cubic feet per day (MMSCFD/juta kaki kubik)," kata Marsaid kepada wartawan di Surabaya, Kamis (26/9/2013).
Direktur Utama PT CNE ini menerangkan, 10 SPBG tersebut berada di 4 titik di Surabaya, masing-masing 1 titik di Probolinggo, Banyuwangi, Jember, Situbondo, Malang, Nganjuk. Dengan kapasitas 8 MMSCFD/juta kaki kubik, SPBG tersebut dalam sehari diperkirakan mampu melayani 3.000 unit taksi dan 1.500 unit truk atau bus. Dan diperkirakan akan beroperasi pada 2014.
"Penggunaan gas (untuk moda transportasi) di Jawa Timur masih sangat kecil," tuturnya sambil menambahkan, dalam dua tahun lalu, hanya sekitar 600 kendaraan yang menggunakan bahan bakar gas (BBG), bahkan jumlahnya kini diperkirakan terus berkurang.
"Dengan adanya SPBG yang akan kita bangun, diharapkan kendaraan yang menggunakan BBG semakin banyak," katanya.
Ia menerangkan, sampai saat ini sekitar 15 perusahaan transportasi (termasuk taksi) yang menjalin kerjasama dengan PT CNE dan ada 5 perusahaan lainnya yang masih dalam penjajakan.
Selain itu, pihaknya juga akan membidik instansi pemerintahan, untuk melayani BBG bagi kendaraan dinas. Katanya, permintaan pasar BBG di Jatim khususnya untuk moda transportasi sangat tinggi. Sayangnya belum ada infrastruktur yang memadai seperti SPBG.
"Di Jatim pasokan gas cukup banyak dan permintaanya masih tinggi. Karena infrastrukturnya masih rendah, konsumsi pun juga ikut rendah. Kita pun siap menyediakan konverter kit untuk pengalihan kendaraan dari bahan bakar minyak ke gas," tandasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jawa Timur Dewi J Putriani mengatakan, salah satu kendala kurang diminati BBG karena harga. Katanya, harga gas saat ini sekitar Rp 3.888/liter atau setara premium (LSP). Harga tersebut dinilai kurang kompetitif dibandingkan dengan harga di negara lain seperti Thailand.
"Sebenarnya ada (organisasi angkutan darat) bersedia menggunakan BBG. Tapi mereka tidak mau karena harganya terlalu tinggi dibandingkan dengan Thailand. Kalau diturunkan menjadi Rp 3.300/liter, mereka akan mau beralih. Dan saya rasa, seharusnya harganya diturunkan jauh dibawah premium, agar masyarakat tertarik menggunakan BBG," tuturnya.
(roi/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini