Acara ritual ini diikuti warga Desa Argosari, Kecamatan Senduro. Mereka beramai-ramai membawa berbagai sesajen yang dibopong sendiri-sendiri dari rumah ke lokasi ritual.
Sedangkan untuk ritual Unan-Unan di Desa Ranu Pane, di gelar di Ranu Regulo yang selama ini juga menjadi lokasi berbagai kegiatan adat yang diselenggarakan.
Sesajen yang dibawa, menurut Kepala Bagian Humas Pemkab Lumajang Eddy Hozainy merupakan satu persembahan yang disesuaikan dengan pekerjaan atau profesi sehari-hari masing-masing masyarakat.
"Untuk yang bekerja sebagai petani sayur dan buah-buahan, mereka membawa sesajen hasil bumi. Untuk yang bekerja mencari dan menjual kayu bakar, membawa sesajen berupa miniatur kayu bakar dan sebagainya," kata Eddy Hozainy, Minggu (21/9/2013).
Ritual Adat Ini Digelar 5 Tahun Sekali
|
"Sesajen utama berupa kepala kerbau ini merupakan perlambang saja. Karena, dagingnya dimasak bersama untuk disajikan sebagai menu selamatan dan disantap bersama-sama oleh masyarakat Desa setempat," ungkapnya.
Selanjutnya, warga pun berombongan dari rumah masing-masing ke lokasi ritual Rombongan masyarakat ke lokasi ritual ini, menjadi potret yang cukup menarik yang bisa digambarkan dalam ritual ini. Dimana, mereka tampak guyub, meskipun diantara warga ada yang beragama Hindu dan Muslim.
Karena, ritual ini menjadi salah-satu adat yang digelar 5 tahun sekali sesuai kalender masyarakat Suku Tengger. Artinya, adat ritual ini sudah menjadi kebiasaan sebagai tanda syukur kepada yang maha kuasa, atas apa yang telah diperoleh selama ini.
Ritual untuk Menghilangkan Balak dan Bencana
|
"Oleh karena itu, masyarakat menyakini bahwa ritual ini sebagai bentuk mensyukuri atas apa yang telah diperoleh dan dijauhkan dari segala musibah. Dan memang medianya melalui kegiatan ritual yang telah berlangsung secara turun-temurun selama 5 tahun sekali ini," jelasnya.
Apalagi, tambah Eddy, Desa Ranu Pane yang menjadi lokasi pertama pendakian ke Gunung Semeru ini, merupakan Desa Wisata yang sangat dikenal di mancanegara.
Halaman 3 dari 3