Celah tersebut ditangkap Warsidi warga Dusun Ndrudi, Desa Sambongrejo, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban, sebagai peluang usaha. Pemuda berusia 29 tahun itupun mencoba melakukan budidaya telur semut angkrang di belakang rumahnya.
"Permintaan kroto di Tuban saja sangat tinggi, soalnya pecinta burung sekarang kan tambah banyak, sampai-sampai pesanan tidak bisa terpenuhi semua," ujar Warsidi kepada detikcom yang bertandang di rumahnya, Jumat (20/9/2013).
Warsidi yang sejak lulus sekolah memilih berwirausaha menceritakan bahwa awalnya Ia berternak ikan lele. Namun 4 kolam yang dibangun di belakang rumah tersebut tidak memberi keuntungan. Bahkan beberapa kali dirinya harus menanggung kerugian.
"Setelah gagal ternak lele, lalu saya baca-baca di internet tentang budidaya kroto. Kok menarik kemudian saya coba," ceritanya sambil menunjukan kandang semut angkrang yang tertata di atas rak.
"Modal awal satu jutaan. Untuk beli bibit angkrang, membeli sarang dari botol bekas air mineral, dan rak untuk tempat sarang. lalu bibit saya campur dengan angkrang yang saya ambil dari alam," jelasnya.
Menurut Warsidi, membudidayakan angkrang tidak terlalu sulit. Ia hanya cukup memberi makan angkrang dengan ulat kandang dan memberi munum air gula. "Yang terpenting minumnya jangan telat, karena kalau telat pasti pergi dari kandang," ungkapnya.
"Makannya 14 hari habis dua kilogram ulat dan satu kilogram gula untuk campuran minumnya," imbuhnya.
Dari ujicoba awal hanya 15 kandang, budidaya semut angkrang yang digeluti kini berkembang pesat. Lima bulan berjalan semut angkrang berkembang menjadi 250 kandang dan setiap 14 hari rutin bisa dipanen telurnya.
Sekali panen, Warsidi bisa mendapat hasil 4 kilogram kroto. Sementara harga jual telur semut angkrang itu mencapai Rp 150.000 per kilogram. "Tapi hasilnya gak mesti, kadang empat kilo, kadang cuma dua kilo," paparnya.
Untuk memasarkan kroto juga sangat mudah. Setiap 14 hari Warsidi selalu didatangi tengkulak yang siap membeli krotonya. "Harus dipanen 14 hari, karena 20 hari kroto sudah menetas jadi angkrang," pungkasnya.
Rencananya Warsidi masih akan terus mengembangkan usaha budidaya semut angkrang yang digeluti. Lokasi bekas kolam lele yang ada di belakang rumahnya masih sangat luas untuk pengembangan. Tapi Warsidi masih butuh modal yang cukup.
(bdh/bdh)