Kreativitas sekumpulan pemuda dari Wonokromo itu banyak diminati seluruh kalangan. Sebab, selain bentuk lampion yang bisa disesuaikan dengan keinginan pembelinya, para pembeli juga bisa belajar membuat pernak-pernik khas Tionghoa tersebut.
"Syukur, lampion kami banyak diminati orang," kata Koordinator Garba Bangsa, Ahmad Ridwan saat berbincang dengan detikcom, Selasa (3/9/2013).
Menurut Ridwan, pemasaran lampion ini hanya melalui mulut ke mulut. Ia dan kawan-kawannya juga jarang menggunakan media sosial untuk promosi. Kebanyakan pembelinya tertarik karena keunikan hasil kreativitas anak-anak Wonokromo yang dimulai semenjak 5 bulan lalu.
"Kami mulut ke mulut, cara tradisional, tapi Alhamdulillah cukup dikenal. Jarang banget pakai media sosial," paparnya.
Untuk membuat satu lampion benang dari berbagai bentuk ini pengerjaannya memakan waktu selama empat hari. Cara membuatnya pun cukup mudah. Tinggal siapkan benang wol warna-warni, lem, balon dan kain flanel. Juga tak lupa bola lampu dengan daya 5 watt sebagai penerangnya.
Lampion benang makin menarik, karena para pembeli bisa mendesain sendiri lampion seusai keinginannya. Kebanyakan dari pembeli memilih bentuk anime atau kartun untuk bentuk lampion pesanan mereka.
"Mereka bisa custom waktu pesan lampion. Kebanyakan pesan yang model anime atau kartun. Tapi kadang juga ada yang pasang logo klub," katanya.
Kelompok yang beranggotakan remaja usaia 17-30 tahun ini per bulannya mampu menghasilkan 30-40 buah lampion. Per lampion, dibandrol dengan harga Rp 45 ribu hingga Rp 100 ribu. Tergantung bentuk yang dipesan.
Menurut Ridwan, dari setiap lampion yang dijual, mereka bisa meraup untung minimal 40 persen. Berkat lampion benang ini, permodalan usaha tim Garba Bangsa ini menjadi lebih besar. Sehingga peningkatan modal ini mampu menunjang produk handmade lainnya dan kegiatan positif yang dikerjakan oleh Garba Bangsa.
"Kami juga punya tujuan khusus. Tujuannya adalah untuk menciptakan lapangan kerja baru bagi pengangguran yang masih banyak,"
Ridwan menambahkan, usaha yang sedang dikerjakan bersama teman-taman kampungnya ini tak hanya membuat lampion. Mereka juga memiliki usah percetakan sablon dan kegiatan di bidang fotografi.
"Kami juga memiliki usaha percetakan sablon dan kegiatan di bidang fotografi. Kesemuanya itu untuk mengurangi dampak pengangguran terutama di Wonokromo," pungkasnya.
(fat/fat)