Tugu Monas disebut sebagai perwujudan Tugu Waseso Negoro. Presiden Soekarno membangun Monas setelah terinspirasi Tugu Waseso Negoro. Maka tak heran, jika
bentuk Monas seperti alu yang menancap ke yoni.
"Dalam artian Monas sesungguhnya adalah Tugu Waseso Negoro peninggalan Maha Patih Gajah Mada ini," tandas Ki Wiro Kadek kepada detikcom, Senin (29/4/2013). Pengasuh Padepokan Tlasih 87 ini mengaku pernah terlibat dalam proyek khusus belum lama ini.
Tugu Monas disebutnya, pernah dikawinkan dengan Tugu Waseso Negoro yang berada di Desa Wonorejo, Kecamatan Trowulan Mojokerto. Perkawinan ini agar kekuatan spiritual bisa menyinari seluruh Nusantara.
Dibawah kekuasaan Kerajaan Majapahit dengan Maha Patih Gajah Mada, Nusantara pernah ditaklukkan dan disatukan. Untuk menopang kekuatan spiritualnya, Tugu
Waseso Negoro dibangun patih tersohor itu.
Namun saat negara Indonesia ini terbentuk, kekuatan supranatural tak bisa dihindari dan sangat dibutuhkan. Ibukota Jakarta sebagai tempat berdirinya Tugu Monas, dinilai tak cukup mempunyai kekuatan supranatural untuk menyangga keutuhan negara ini.
"Untuk menyangga kekuatan itu, Tugu Monas dibangun dan disatukan dengan tugu ini," katanya.
Menurutnya, Soekarno sendirilah yang menyatukan dengan cara mengawinkan kedua tugu tersebut saat itu. Setelah Soekarno wafat, Raden Soemantri yang merupakan
guru spiritual Presiden Soeharto, menjadi orang ke dua yang mengawinkan tugu tersebut pada tahun 1972.
Soemantri dibangunkan rumah di pelataran Tugu Waseso Negoro dan hingga akhir hayatnya menjadi juri kunci.
Memasuki era reformasi, Ki Wiro Kadek yang mendapat firasat dari Betoro Indro untuk mengawinkan kedua tugu itu. Tentunya prosesi perkawinannya dengan ritual khusus. Pada 20 April 2010 lalu, kedua tugu ini dikawinkan oleh Wiro Kadek dengan tujuan agar bangsa ini tetap utuh karena gangguan keamanan mengancam negeri ini.
"Perkawinan ini saya lakukan hanya waktu dua jam dengan bersemedi di depan tugu Waseso Negoro dan Monas. Dari kedua tugu ini saya mendapat pusaka untuk disimpan demi keutuhan bangsa," ujarnya.
(gik/gik)