Padahal pada umumnya, mesin diesel penyedot air irigasi sawah menggunakan bahan bakar solar atau premium. Mesin diesel berkapasitas 5 PK (daya kuda) tersebut sengaja dimodifikasi Ikhsan dari bahan bakar awal premium menjadi bahan bakar gas elpiji.
Hasilnya sungguh mengejutkan, mesin penyedot air tersebut lebih irit tiga kali lipat dibanding sebelumnya.
"Dulu saya membutuhkan 10 liter bensin (premium) untuk menghidupkan mesin selama 11 jam. Tapi sekarang hanya butuh 1 tahung gas elpiji ukuran 3 kilogram untuk menggantikannya," terang Ikhsan kepada sejumlah wartawan yang menemuinya saat sedang mengairi sawah, Senin (29/4/2013).
Petani desa ini mengaku, ide merubah bahan bakar mesin diesel itu didapat dari seorang teman. Kemudian dengan kemampuanya mengotak-atik mesin, ikhsan memodifikasi mesin diesel miliknya hingga jadi seperti sekarang berbahan bakar gas elpiji.
"Idenya dari teman. awalnya saya berkeluh, pengeluaran untuk beli bensin bahan bakar diesel besar, kemudian dikasih ide untuk dicoba," cerita bapak 2 anak itu.
4 Bulan berlalu, Ikhsan merasakan hasil modifikasinya sangat menguntungkan. Bila sebelumnya Ikhsan harus mengeluarkan uang 50 ribu untuk membeli premium, kini Ia hanya butuh 15 ribu untuk membeli gas elpiji 3 kilogram.
"Di sini kan jauh dari pom bensin, jadi kalau beli BBM ya eceran 5 ribu per liter dikalikan kebutuhan 10 liter. Jauh dibanding elpiji yang hanya 15 ribu. Padahal pengairan sawah harus dilakukan minimal 3 kali seminggu selama 4 bulan," paparnya.
Kini Ikhsan bisa menghemat sedikitnya 35 ribu setiap kali mengairi sawahnya yang memiliki luas 0,5 hektar. Jadi pengeluara bahan bakar yang bisa dihematnya setiap satu kali panen bisa mencapai Rp. 1.750.000.
"Ya kalikan saja, seminggu mengairi sawah 3 kali hingga panen 4 bulanan. Kurang lebih 48 kali dikalikan 35 ribu, ya hemat satu juta setengah lebih lah," pungkasnya.
(fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini