Obyek wisata alam yang terletak di Desa Karangrejo, Kecamatan Arjosari, 20 kilometer utara ibukota Kabupaten Pacitan ini, sudah disemuti pengunjung sejak dini hari.
"Jam 3 dini hari tadi saya sudah sampai sini," ujar Siswoyo (40) wisatawan asal Jalan Kalimantan, Ponorogo di lokasi, Minggu (31/3/2013).
Dibanding obyek-obyek wisata lain di Kota 1001 Gua, Banyu Anget (sebutan pemandian air hangat Tirto Husodo) relatif mudah di jangkau. Infrastruktur menuju lokasi pun nyaris tidak ada masalah. Jalan penghubung dari kecamatan Arjosari ke lokasi seluruhnya beraspal mulus.
Memasuki kawasan, wisatawan tidak perlu panik memarkir kendaraan. Areal parkir yang luas yang terletak di bawah kolam sekaligus berfungsi sebagai lahan parkir baik roda 2 maupun roda 4. Bukan hanya mobil keluarga, kendaraan besar seperti bus pun bisa leluasa masuk.
Untuk menuju lokasi kolam, wisatawan harus berjalan kaki menyusuri tanjakan ringan sejauh 100 meter. Ini setelah mereka membayar tiket yang relatif terjangkau. Untuk pengunjung dewasa cukup membayar Rp 4 ribu dan anak-anak Rp 3 ribu.
Rasa lelah usai berjalan 100 meter dengan kondisi jalan menanjak, lelah akan terbayar dengan pepohonan rindang, hawa hangat yang dikeluarkan air langsung terasa di kulit dan wajah.
Yang membuat rasa penasaran dan menjadi jujugan para wisatawan adalah uap air hangat yang mengepul dari kolam tidak disertai bau belerang. Lantaran itu, wisatawan dapat memanjakan diri dengan berendam atau berenang tanpa risiko gangguan pernafasan.
"Secara geologis, Banyu Anget aliran airnya berasal dari danau yang terletak di atas Gunung Api Purba," ujar Lan Naria Hutagalung, Kepala Dinas Pertambangan dan Energi setempat tentang karakteristik Banyu Anget.
Untuk melayani wisatawan dengan beragam keperluan, kolam yang dibagi menjadi 4 bagian dengan tingkat suhu berbeda yakni, kolam paling atas memiliki suhu 53,1 derajat celsius yang tentu saja dengan suhu setinggi itu cukup membahayakan pengunjung. Sehingga dipasang pagar besi mengelilingi kolam.
Kolam ke 2 berada di bawah kolam utama. Di tempat ini, air kolam tampak jernih kebiruan. Kebersihannya pun terjaga. Sebab, karena suhunya relatif masih tinggi, airnya hanya digunakan untuk terapi kesehatan. Yakni dengan merendam bagian tubuh yang sakit.
"Urat-urat yang kaku terasa lemas. Tapi syaratnya jangan langsung nyebur, harus pelan-pelan," kata Sukinah, seorang ibu asal Pacitan sambil merendam separuh kaki ke kolam.
Kolam ke-3 merupakan tempat yang paling banyak diminati. Suhunya yang hanya suam-suam kuku membuat wisatawan merasa nyaman berlama-lama di dalam kolam air. Bahkan saat pagi dan sore hari, kolam berukuran 5x7 meter selalu penuh sesak wisatawan penghobi renang. Disamping itu, tersedia pula kolam khusus anak-anak.
"Wisatawan dari timur seperti Blitar, Kediri, Madiun dan sekitarnya datangnya pagi. Sedangkan yang dari Jogja dan Solo biasanya datang sore hari," terang Harianto, Kepala UPT Gua dan Banyu Anget Dinas Pariwisata Pacitan saat berbincang bincang dengan detiksurabaya.com.
Jika ingin menikmati suasana lain di hari libur, sensasi Banyu Anget boleh dicoba. Tak hanya menawarkan eksotika alam pegunungan yang hijau menyejukkan mata, Pemandian Air Hangat Tirto Husodo juga diyakini mampu menjadi sarana pengobatan berbagai keluhan penyakit seperti rheumatik hingga penyakit kulit.
"Untuk menjaga privacy, kami juga menyediakan fasilitas SPA bagi pengunjung," tambah Harianto.
(gik/gik)