Disebut begitu selain karena jumlahnya yang cukup banyak, proses kematian unggas berlangsung cukup cepat. Bahkan diantaranya tidak melalui proses sakit lebih dulu.
Para peternak dan pengepul itu khawatir kematian bebek itu akan terus terjadi hingga mengancam usahanya. Selain itu, warga juga cemas kematian ribuan bebek itu akibat virus flu burung.
Tragisnya, sebagian warga terlanjur memusnahkan bangkai bebek yang mati dengan cara membuang ke sungai sekitar. Namun sebagian lagi membakar bangkai bebek.
"Beberapa hari ini bebek-bebek di sini banyak yang mati mendadak, pak. Bukan cuma punya saya, punya peternak bebek yang lain juga begitu. Jumlah yang mati tiap harinya cukup banyak, bisa mencapai ratusan ekor. Kalau dihitung di wilayah ini saja sudah lebih 1000 ekor yang mati beberapa hari ini," kata Samanhudi, salah satu peternak bebek asal Desa Demung, Kecamatan Besuki, Kamis (21/2/2013).
Dinas Peternakan (Disnak) Kabupaten Situbondo yang mendapat laporan langsung menurunkan tim Participatory Disease Surveillance Response (PDSR) untuk survei lokasi kejadian.
"Sebagian besar bebek yang mati milik pengepul, termasuk yang di Desa Demung Kecamatan Besuki. Di Desa Kalimas, Besuki juga banyak bebek yang mati mendadak. Tadi kami sudah turun ke lokasi untuk surveillance, termasuk juga melakukan menyemprotkan disinfektan," tandas Martolo, salah satu petugas Disnak Situbondo.
Selain melakukan penyemprotan, tim PDSR juga melakukan tes cepat (raped test) terhadap bangkai bebek untuk mengetahui kemungkinan serangan virus flu burung. Namun, dari hasil tes, kematian ribuan bebek diketahui negatif dari virus flu burung.
Namun, dari gejala klinis yang tampak dari bagian luar kematian bebek itu cukup mengarah ke flu burung. Kini, Disnak Situbondo akan terus melakukan langkah pengendalian. Diantaranya dengan melakukan penyemprotan disinfektan.
"Kalau dari hasil uji cepatnya memang negatif, tetapi kalau dari ciri klinis yang ada mengarah ke flu burung. Mulai adanya keputihan pada mata serta terjadinya tortikolis atau adanya gerakan memutar pada kepala. Makanya kami akan mengirim sampel ke laboratorium untuk mengetahui penyebab kematian unggas itu. Selain itu, kami juga akan terus melakukan pengendalian," tegas Kepala Disnak Situbondo, drh Gaguk Musdjiyanto.
(fat/fat)