Ribuan Orang Tumplek Blek Ikuti Ritual Kasada di Bromo

Ribuan Orang Tumplek Blek Ikuti Ritual Kasada di Bromo

- detikNews
Sabtu, 04 Agu 2012 11:00 WIB
Probolinggo - Upacara sesembahan Yadnya Kasada di Gunung Bromo selalu meriah. Sesajen, ribuan Suku Tengger, wisatawan tumplek blek di lautan pasir.

Bayangkan saja, ribuan manusia memenuhi area Gunung Bromo, Gunung Batok dan Pura Luhur Poten sejak Selasa (31/7/2012). Bahkan, animo pengunjung dan peserta ritual semakin menggeliat saat Jumat (3/8/2012) malam menjelang puncak Yadnya Kasada atau penyerahan sesajen ke Kawah Bromo.

Hotel-hotel di kawasan Bromo, tepatnya di Dusun Cemorolawang Desa Ngadisari Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo Jatim ini full. Termasuk Hotel Bromo Prima, Lava View, beberapa penginapan dan restoran yang tumbuh di sekitar wisata alam eksotis itu disesaki wisatawan.

Lalu lalang wisatawan asing dan domestik tak pernah sepi. Termasuk juga para penjual dagangan baju hangat di sekitaran Pura Luhur Ponten.

Usai digelar tahap pengangkatan dukun atau tabib untuk tiap desa di sekitar Bromo, Suku Tengger segera menyiapkan berbagai barang sesajen yang akan dilarung ke kawah Bromo. Sesajen berupa sayuran, ayam bahkan uang mulai disiapkan sejak pukul 03.00 WIB dini hari tadi.

Suku Tengger, laki-laki, perempuan, tua, muda, besar dan kecil semua unjuk gigi melakukan upacara sesembahan kepada Sang Hyang Widhi. Setelah didoakan, sesajen dibawa, digotong bersama-sama menuju kawah Bromo. Semua orang yang ada di lokasi, pun ikut-ikutan melewati sekitar 250 anakan tangga demi mencapai puncak (kawah) Bromo.

Kondisi anak tangga Gunung Bromo yang dipenuhi lautan pasir tak jarang membuat beberapa pengunjung mengurungkan niat. Namun, sebagian lainnya termotivasi dengan semangat para Suku Tengger yang kuat menjejakkan kaki ke tangga tinggi sambil diserang angin dingin yang menyerbu hingga ke tulang.

Beberapa bibir tangga juga terlihat rompal. Namun, semua peserta ritual, termasuk juga wisatawan dalam dan luar negeri nekat menaklukkan tangga setinggi kira-kira 15 meter itu.

Dari pantauan detiksurabaya.com, Sabtu (4/8/2012) tidak sedikit wisatawan asing yang membawa bunga krisan untuk dilarung ke Kawah Bromo. Mereka juga tak pernah absen untuk menjepret momen dengan menggunakan kamera digital.

Biasanya, momen menjelang terbit matahari adalah yang paling ditunggu. Selain tepat waktunya menyerahkan sesajen ke Kawah Bromo, matahari yang terbit di lautan pasir tersebut selalu terlihat aduhai, baik untuk pemandangan mata ataupun direkam dengan mata kamera.

Keanggunan wisata Gunung Bromo inilah yang tak bisa dipungkiri menjadi salah satu sumber pendapatan terbesar bagi warga sekitar, Suku Tengger. Maka tak heran bila warga Tengger yang berdagang mengulaskan senyum sumringah menyambut wisatawan.

Akibat dari populernya setiap acara ritual dan kesenian di Gunung Bromo, warga pun kebanjiran pembeli. Seperti penjual sarung tangan, topi hangat dan slayer yang meraup untung.

Meskipun harga sarung tangan, topi hangat dan slayer lebih murah dibanding biasanya, penjual yang juga asli Suku Tengger ini mengaku tak rugi. Sebab, omzet penjualan selama sehari saja sudah melampaui dua lusin sarung tangan.

"Kalau ada ritual Kasada Bromo, kami memang sengaja menjual sarung tangan dengan harga murah, Rp 5 ribu per pasang," kata Mus (49) yang berjualan di sekitar area Pura Luhur Poten.

Untuk sehari puncak Yadnya Kasada, Mus sedikitnya bisa menjual puluhan pasang sarung tangan. Termasuk juga topi hangat yang dibandrol Rp 20 ribu, serta syal Rp 10 ribu.

"Ritual Kasada itu sebagai perwujudan syukur Suku Tengger kepada Sang Hyang Widi. Atas hasil ternak, tani, dan dagang dari lokasi wisata yang tidak pernah sepi wisatawan," tuturnya menirukan salah seorang dukun Tengger.

(nrm/fat)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.