Di Kelurahan Pekuncen Kecamatan Bugul Kidul Kota Pasuruan, Kamis (26/7/2012) dini hari, sekelompok ibu-ibu yang rata-rata berusia di atas 50 tahun keluar dari rumah masing-masing.
Sambil membawa tongkat kayu berukuran 1.5 meter mereka menuju ke sebuah tempat yang ada lesung. Diliputi rasa kantuk, mereka tetap semangat memukul-mukulkan tongkat pada lesung lesung berukuran 2.5 meter. Meski awalnya terkesan asal-asalan, lambat-laun bunyi tabuh-tabuhan yang dihasilkan dari lesung menjadi alunan musik ritmis dan enak didengar.
Suara musik dari lesung pun terdengar keras menghentak. Hal itu dilakukan agar bisa didengar warga yang masih terlelap untuk segera bangun menyiapakan hidangan sahur.
Berbagai lagu daerah seperti Ilir-ilir, Tanduk Majeng yang dilantunkan bersama-sama kian menambah semarak 'pertunjukan sebelum sahur' tersebut. Tidak jarang, warga yang sudah bangun ikut bernyanyi bersama-sama. Setelah dirasa cukup dan banyak warga yang bangun, mereka pun membubarkan diri menuju rumah masing-masing.
Salah seorang pemain musik lesung Nining (52), mengatakan tradisi membangunkan orang sahur dengan alat musik lesung sebenarnya sudah ada sejak dulu. Namun seiring perkembangan zaman, tradisi itu mulai pudar sehingga nyaris punah.
Sejak 5 tahun lalu, ia dan teman-temannya berinisiatif untuk menghidupkan kembali tradisi permaian alat musik lesung.
"Dulu pernah ada, tapi hilang. Kita mulai lagi sejak 5 tahun lalu," kata Nining.
Menurut dia, permaian tersebut memang dimaksudkan untuk membangunkan warga sahur. Selain menjaga tradisi, mereka menyakininya sebagai ibadah. "Rutin dilakukan saat bulan Ramadhan," jelasnya.
(fat/fat)