"Jumlahnya ada 13 lutung, terdiri 12 ekor dewasa serta satu bayi lutung," ujar Iwan Kurniawan kepada wartawan di Javan Langur Center, Selasa (24/7/2012).
Manager Project JLC itu mengungkapkan, rehabilitasi membutuhkan waktu lama, dimulai dengan karantina selama 6 bulan hingga kemudian dimasukkan ke dalam kandang agar bisa bergabung dengan kelompoknya.
Dalam proses itu terjadi bongkar pasang untuk menemukan pasangan yang cocok sampai dua tahun lebih. "Proses rehabilitasi makan waktu lama, pelepasan ini menandakan satwa ini siap kembali ke habitatnya," ungkap Iwan.
Iwan membeberkan, dua kelompok itu meliputi enam ekor lutung dewasa ditambah satu ekor bayi lutung yang baru saja lahir pekan lalu. masing-masing kelompok memiliki satu ekor jantan serta lima ekor betina. Keberadaan bayi lutung itu menambah niat pejantan untuk mempertahankan kelompoknya. "Bayi lutung baru lahir satu pekan lalu," beber dia.
Lutung Jawa, lanjut dia, menempati hutan primer sebagai habitatnya. Seperti hutan hujan, hutan mangrove, untuk jenis lainnya mereka tak dapat bertahan. Untuk wilayah Jawa Timur berdasarkan riset JLC diketahui sekitar 2.500 sampai 3 ribu ekor lutung jawa. "Jumlah itu tak sebanding dengan luas habitatnya," sambung Iwan.
Menurut dia, pelepasan lutung jawa di kawasan hutan Coban Talun sangat tepat. Artinya kawasan hutan ini memiliki tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai stok makanan satwa dilindungi. "Jenis tumbuhan disini (Coban Talun,red) sebagian besar sumber makanan bagi lutung," tutur dia.
Ia menambahkan, pada Tahun 1990-an hutan Coban Talun merupakan habitat perkembangkang biakkan lutung jawa. Adanya perburuan dan pembalakkan liar menyebabkan jumlah mereka terus berkurang. "Kira-kira hanya ada dua kelompok saja sekarang," imbuh dia.
(bdh/bdh)