"Hari ini semua proses penggilingan akan dibuka kembali sesuai tuntutan para petani. Namun, dengan catatan mendapat izin dari Gubernur Jatim," kata Administratur (Adm) PG Gempolkrep Yadi Yusriadi kepada wartawan, Selasa (20/6/2012).
Menurutnya, hari ini juga pihaknya akan berangkat ke Surabaya untuk menemui Soekarwo. Dengan harapan, tuntutan dibukanya kembali penggilingan bisa terpenuhi. Sebab, jika tebu yang dipanen terlalu lama distok, rendemen (kadar gula) akan menurun.
"Atas pertimbangan kekhawatiran rendemen turun ini, kita meminta gubernur mengizinkan beroperasi lagi mulai hari ini," ujarnya.
Ditambahkannya, sejak mendapat surat dari BLH (Badan Lingkungan Hidup) Jatim mengenai penutupan tersebut, hingga kini pabrik tak lagi beroperasi. Namun, di sisi lain, para petani tebu yang berunjukrasa membawa ratusan truk bermuatan tebu memblokir jalan bakal merugikan banyak pihak.
"Kita berharap, pulang dari menemui gubernur nanti bisa membawa hasil baik. Para petani tebu banyak berharap dibuka lagi. Jika diperbolehkan, harus menunggu 5 jam lagi untuk pemanasan mesin kembali," ujarnya.
Pantauan detiksurabaya.com di lokasi, dengan dikawal polisi, rombongan manajemen PG Gempolkrep langsung menuju gedung Negara Grahadi untuk menemui Soekarwo.
Sebelumnya diberitakan, Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Jawa Timur melarang Pabrik Gula Gempolkrep beroperasi selama 3 hari. Sebab, limbah pabrik gula ini sudah mencemari Kali Surabaya di luar batas.
Gubernur Jawa Timur Soekarwo sempat mengatakan, bahwa pabrik gula milik BUMN itu hanya dikenakan surat peringatan satu (SP 1) dan tidak boleh membuang limbahnya ke Kali Surabaya. Namun, Kepala BLH Jatim, Indra Wiragana menegaskan, PG Gempolkrep dilarang berproduksi selama 3 hari.
(bdh/bdh)