Gas metan yang terkandung di dalam tumpukan sampah disalurkan ke rumah warga melalui pipa, sebagai energi alternatif pengganti gas elpiji yang diberikan secara cuma-cuma. Selain itu, proses pembuatan gas metan ini juga mengurangi bau busuk yang ditimbulkan oleh gunungan sampah.
Kepala Dinas Tata Ruang Kebersihan dan Pertamanan (DTRKP) Kota Kediri, Nurmuhyar mengatakan bahwa proyek pemanfaatan gas metan dari sampah sekarang ini masih dalam tahap uji coba.
"Dari tahap awal uji coba ternyata sampah di TPA mampu menghasilkan gas metan yang mampu menghidupkan genset berkapasitas 5 ribu watt serta puluhan tungku kompor milik warga secara nonstop," terang Nurmuhyar kepada detiksurabaya.com di lokasi TPA Klotok, Kamis (7/6/2012).
Nurmuhyar menambahkan, pihaknya akan terus mengembangkan proyek pengolahan sampah berupa pemanfaatan gas metan, yang nantinya bisa dinikmati warga sekitar TPA sebagai kompensasi.
"Bila dalam uji coba ini berhasil, kami akan menganggarkan dana untuk mengeluarkan kandungan gas metan 10 kali lipat besar dari sekarang yang mampu memenuhi kebutuhan memasak ratusan kepala keluarga," katanya.
Dalam uji coba pemanfaatan gas metan dari sampah, DTRKP Kota Kediri bekerja sama dengan teknisi yang juga mengelola TPA di Kepanjen Malang. Proyek ini menghabiskan dana sekitar Rp 130 juta untuk pengadaan pipa dan kompor gas yang dibagikan gratis kepada warga.
Sementara itu, sebanyak 19 KK pemanfaat gas metan tersebut berasal dari 9 KK dari RT 14 RW 03 Lingkungan Jarakan Kelurahan Pojok, 8 KK dari RT 13 RW 03 dan dua user tetap yakni, sebuah warung di TPA.
"Saat ini kami tidak pernah lagi membeli gas elpiji 3 kg. Dulu pasti seminggu sekali kami membeli gas untuk memasak," kata Tumijan, salah satu pengguna gas metan asal RT 13 sambil menunjukkan api di kompor rumahnya.
Sedangkan proses pengambilan gas metan dari tumpukan sampah tersebut terlihat sangat sederhana. Yakni berupa instalasi pipa-pipa berukuran kecil dan sedang. Prosesnya diawali dari pengambilan gas metan dari sumber (sampah) dengan cara menancapkan pipa kecil ke sampah pada kedalaman sekitar 3 meter.
Kemudian mengatur suhu sampah dengan menyiram air yang disalurkan melalui pipa. Lalu, gas yang terambil mengalir ke sistem pemisah gas yang berupa pipa terminal utama.
Kemudian gas yang mengalir dipisah melalui pipa pemisah terdiri dari 3 buah pipa menjulang ke atas dengan ketinggian sekitar 5 meter. Di sini, akan dipisahkan antara gas metan dengan air. Gas metan hasil pengambilan dialirkan ke pengguna. Sedangkan air masuk ke tempat penampungan kecil yang kemudian dibuang.
Sedangkan gas yang telah terpisahkan dari air masuk ke terminal utama terdiri dari, flaring gas, kompor BBM metan, Genset BBG metan dan blower. Gas tersebut sudah bisa dimanfaatkan untuk keperluan, utamanya energi listrik dan panas.
Untuk mengatur keamanan gas dari ledakan, dibuat pipa besar pembuangan gas yang tidak terpakai oleh warga di pusat terminal penyaluran gas. Dari pantauan detiksurabaya.com, barang yang diletakkan di atas pipa pembuangan gas bisa terbakar dalam waktu singkat.
(fat/fat)