Sekitar pukul 06.00 Wib, Kamis (26/4/2012) mereka datang ke Banyubiru dengan menggunakan bus langsung dari Bali. Membawa semua kelengkapan upacara termasuk sesaji serta pakaian adat lengkap, mereka langsung memasuki area pemandian yang berjarak 20 kilo meter dari Kota Pasuruan tersebut.
Dipimpin Pinandita I Ketut Pasek Swastika, umat Hindu menggelar upacara Dharma Yatra atau yang biasa dikenal sebagai Tirtha Yatra, sebuah proses pencarian tirta atau air suci di daerah yang memiliki hubungan dhamma dengan umat Hindu Bali.
Upacara diawali dengan Mapakeling atau meminta permisi pada warga setempat. Kemudian menyediakan air suci di dalam wadah-wadah yang sudah disediakan. Tahapan selanjutnya adalah para peserta melakukan pembersihan diri dengan cara menceburkan diri ke kolam yang disucikan yang dipimpin oleh seorang Pandita Empu.
Setelah itu mereka lalu bersembahyang dengan melakukan semedi dan brata. Terakhir, mereka mengambil air dari wadah-wadah yang yang sudah disucikan untuk dibawa pulang ke rumahnya. Umat Hindu Bali meyakini Banyubiru merupakan Telaga Wilis, sebuah telaga memiliki hubungan erat dengan umat Hindu Bali secara umum.
"Baru saja kita menyelesaikan upaya Dharma Yatra, sebuah acara ruwatan atau penyucian diri," kata I Ketut Pasek Swastika.
Menurutnya kedatangan umat Hindu Bali ke Banyubiru kali ini kedua kalinya. Sebelumnya, yakni pada bulan Juni tahun lalu, ratusan umat Hindu juga datang ke tempat yang sama untuk melakukan ritual pengluyatan atau penyucian diri.
Pemandian Banyubiru merupakan pemandian tua yang memiliki banyak petilasan dan arca-arca. Diantaranya Siwa Mahakala, Nandiswara, Dewi Durga dan lainnya. Umat Hindu Bali menyakini mereka memiliki hubungan emosional yang kuat dengan Banyubiru.
Mereka menyakini wilayah tersebut dibangun nenek moyang mereka yang menetap terdampar dalam perjalanan menuju Bali pada masa akhir kejayaan Kerajaan Majapahit.
(fat/fat)











































