Ke-9 dusun itu di Dusun Beneran, Melawe, Kepudi Wetan, Kepudi Kulon, Dusun Janggan Desa Pomahan Kecamatan Turi. Sedangkan 4 dusun yang terisolasi Dusun Wates, Dondoman, Waru serta Dusun Pandantoyo. Keempatnya masuk Desa Bojoasri, Kecamatan Kalitengah.
Pantauan detiksurabaya.com menyebutkan, jalan poros desa yang selama ini menjadi satu-satunya akses kini telah tergenang banjir. Ketinggian banjir saat ini mencapai 70 cm.
Bahkan, untuk masuk ke dusun di Desa Bojoasri hanya bisa dilakukan dengan menggunakan perahu. Bagi pengendara roda dua, bisa menembus dengan jalan memutar. Namun juga harus melalui jalan yang tergenang banjir dengan ketinggian sekitar 40 cm.
Kepala Desa Bojoasri Kecamatan Kalitengah, Ahsanudin mengatakan, Desa Bojoasri merupakan salah satu desa yang paling parah terkena dampak luapan Sungai Bengawan Jero. Akibat luapan ini, kata Ahsanudin, jalan desanya terputus dan aktifitas warga terganggu.
"Banjir yang ada di desa ini sudah terjadi selama 4 hari ini," katanya.
Ahsanudin menjelaskan, akibat banjir ini semua aktivitas warga kini beralih menggunakan perahu sebagai satu-satunya alat transportasi yang masih bisa dipakai.
"Untuk menggunakan sepeda motor jelas tidak mungkin karena jalan sudah terendam hingga 50 cm," jelasnya.
Banjir di wilayah Bengawan Jero tak hanya memutus akses jalan desa. Sejumlah sekolah dan madrasah pun sudah mulai terendam banjir. Meski begitu, sekolah-madrasah tersebut tetap mewajibkan siswanya untuk masuk.
Seperti halnya yang ada di kompleks Madrasah Rohmatul Ummah Desa Karanganom Kecamatan Karangbinangun, Kabupaten Lamongan.
Saat ini, kompleks madrasah yang memiliki pendidikan mulai dari Madrasah Ibtidaiyah (MI) hingga Madrasah Aliyah (MA) itu sudah terendam banjir dengan ketinggian 5-10 cm.
"Meski seluruh ruang kelas sudah kebanjiran, kami tetap hareus melaksanakan proses belajar mengajar," ujar Ahmad Thohir, salah satu guru madrasah setempat.
(fat/fat)