.webp)
Salah seorang warga, Tirokah (50) mengaku mencari keong mas demi mencukupi kebutuhan sehari-hari. Pasalnya, sejak lahan pertanian direndam banjir, perempuan yang sehari-hari bekerja sebagai buruh tani ini praktis tidak berpenghasilan.
"Sejak banjir saya tidak bisa bekerja. Pilihannya ya mencari kol (keong mas)," kata Tirokah saat menyetor keong mas ke pengepul di Dusun Ngampel Desan Kedungringin Kecanatan Beji, Kamis (5/1/2011).
Ibu empat anak itu mengaku memulai pekerjaannya mulai pukul 05.00 WIB hingga pukul 13.00 WIB. Selama 8 jam bergelut dengan lumpur, ia bisa mengumpulkan 46 kg keong mas. Dengan harga per kg Rp 800, ia bisa mengumpulkan uang Rp 36.800.
"Susah pak nyarinya, badan gatal-gatal," imbuhnya.
Para pencari keong mas bukan hanya orang dewasa, anak-anak pun juga tidak kalah semangat berburu keong mas untuk disetorkan pada pengepul. Salah satunya Muhlas (10). Dengan membawa perahu, ia mencari keong mas bersama teman-temannya. Mereka mengaku, sambil bermain sekalian mendapatkan uang.
"Ya dijual, untuk jajan," kata Muhlas saat berbincang dengan wartawan.
Bagi warga sekitar, mencari keong mas sudah menjadi tradisi setiap datang musim penghujan. Sebagian besar warga yang sebelumnya mengantungkan hidup dari lahan-lahan pertanian berpindah profesi menjadi pencari keong mas.
"Kol inikan hawa sawah pak, jadi pemiliknya senang kalau ada yang ngambil. Biasanya saya jadi buruh tani atau mencari rumput," kata Sugiono (45) warga Jabon, Sidoarjo yang sengaja datang untuk menyetorkan keong mas.
Sementara salah seorang pengepul, Hidayat mengatakan keong mas yang dikumpulkan akan dikirim ke Banyuwangi untuk kemudian diekspor. Diakui Hidayat, selama musim banjir, ia bisa mengumpulkan lebih dari 500 ton keong mas.
"Nanti disetor ke pabrik di Banyuwangi untuk diekspor," katanya.
(fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
