Namun tahun ini omzet turun 50 persen dibanding tahun-tahun sebelumnya. Bila biasanya menerima orderan 5 ribu terompet, kini hanya 3 ribu terompet saja.
Salah seorang warga Desa Sumberaji yang menjadi pengrajin terompet, Samanhudi mengaku penyebab merosotnya omzet karena banyak orang bisa membuat terompet.
"Penyebabnya merosotnya kemungkinan karena kini semakin banyak orang yang bisa membuat dan memasarkan sendiri hasil kerajinan terompetnya," kata Samanhudi, kepada detiksurabaya.com di lokasi, Kamis (15/12/2011).
Apalagi, tiap warga di desanya juga mahir membuat kerajinan terompet. Khususnya model naga, biola dan ikan terbang. Samanhudi mengaku jika dirinya sudah hampir 13 tahun menjadi pengrajin terompet. Biasanya, warga kebanjiran order 2 atau 3 bulan sebelum momen pergantian tahun.
"Hampir tiap rumah di desa ini ada pengrajin terompet," kata Samanhudi
Setiap terompet yang dihasilkan, kata Samanhudi, mereka hargai antara Rp 10 ribu hingga Rp 20 ribu per buah tergantung model terompet yang mereka buat. Untuk pemasaran, biasanya mereka memasarkan sendiri terompetnya ke kota-kota lain di sekitar Lamongan bahkan ke luar pulau, seperti ke Sumatra, Kalimantan dan Papua.
"Biasanya kami pasarkan sendiri atau kami menerima pesanan orang lain," jelasnya.
(fat/fat)