"Sewaktu pulang, kami sudah diberitahu oleh anggota Polsek Kabuh, bahwa ada pihak yang akan menyerang kami di hutan. Makanya rombongan kami dikawal oleh polisi, dengan mobil Patwal," kata pengurus (PPS) Kera Sakti Cabang Lamongan, Fathurrahman kepada detiksurabaya.com di halaman Markas Satuan Radar 222 TNI AU, Minggu (13/11/2011).
Menurut Fathurrahman, polisi sama sekali tidak bertindak meski banyak anggota PPS Kera Sakti yang terancam kehilangan nyawa, karena dipukuli, dilempar bom molotov, dan dibacok dengan pedang. "Hanya ada tembakan peringatan, tapi sama sekali tidak dipedulikan oleh para penyerang itu," kata Fathurrahman.
Saat berangkat ke Madiun, Sabtu (12/11/2011), sebenarnya sudah terjadi pelemparan batu di kawasan hutan Kabuh, mengakibatkan 7 orang terluka. Karena itu, saat kembali dari Madiun ke Lamongan, ada 7 polisi yang mengawal. Namun ternyata dihadang dan diserang oleh seratusan orang yang diantaranya mengenakan seragam salah satu perguruan silat tertentu.
"Kami berharap dan meminta polisi mengusut tuntas kasus ini dengan menangkap para pelaku penyerangan. Sebab dari informasi yang kami peroleh, para penyerang itu mayoritas warga sekitar sini, yang ikut kelompok silat tertentu," tambah Ketua PPS Kera Sakti Cabang Lamongan, Ahmad Fakih kepada detiksurabaya.com di halaman Markas Satuan Radar 222 TNI AU.
Para anggota PPS Kera Sakti ini dihadang dan diserang sekelompok orang dengan membawa parang, bom molotov dan bebatuan. Meski berjumlah lebih banyak, namun anggota PPS Kera Sakti tak mampu melawan karena tidak membawa senjata. Sedikitnya 6 orang terluka parah dan dirawat di RSUD Jombang dan 7 truk rusak.
(gik/gik)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini