Namun untuk jujur, belajarlah kepada Mukti Murah Harjo, seorang tukang becak yang mengelola warung dan bensin eceran. Mukti mempersilahkan pembeli mengambil sendiri bensin dan makanan dengan meletakkan uang ke dalam toples yang dipasang di lapak dagangannya di pinggir Jalan Veteran Kecamatan Mojoroto Kota Kediri.
Menderita kerugian kerap dialami oleh Mukti selama membuka warungnya, namun Mukti tidak pernah menyerah mempertahankan konsep kejujuran yang ia tanamkan ke pembelinya.
Cara berdagang Mukti memang tergolong aneh dan ganjil, karena saat semua lapak usahanya dibuka, justru Mukti menarik becaknya untuk mencari penumpang. Mukti meninggalkan begitu saja dagangannya di jalanan ramai tanpa takut dicuri orang.
"POM Bensin Kejujuran 24 Jam Menuju Sorga" hanya selembar tulisan itu yang dipasang Mukti dilapaknya sebagai pengaman dagangannya. Mukti juga menuliskan tata cara bertransaksi di lapaknya.
Yakni (1) Ambil bensin sendiri, (2) Bayar dengan uang pas dan masukkan ke dalam toples, (3) Tuhan telah mengawasi kita, (4) Terima kasih atas kejujuran Anda.
Saat ditemui detiksurabaya.com, Mukti menceritakan semua pengalamanya selama membuka lapak kejujurannya. Mukti memang bukan orang yang kaya yang mendermakan dagangannya kepada orang lain, tapi hanya seorang tukang becak yang memiliki 3 anak.
"Sejak istri saya meninggal, saya kemudian merintis usaha warung kecil-kecilan di pinggir jalan ini, dengan melayani nasi goreng, mie rebus dan kopi saya buka 24 jam," kata Mukti kepada detiksurabaya.com, Minggu (23/10/2011).
Belum lama membuka warung, Mukti memajang kios bensin eceran di sebelahnya. Berawal dari rasa iba saat mendapati orang tua yang menuntun sepeda motor tengah malam, Mukti berinisiatif membuka kios bensin eceran yang buka 24 jam.
Pasalnya orang tersebut tak bisa mendapatkan penjual bensin di saat semua orang terlelap. Untuk menjaga ketersediaan bensin di tengah malam, Mukti rela membuka kiosnya meski dia sendiri pulang ke rumah untuk beristirahat.
"Saya hanya meninggalkan satu buah toples di samping lapak bensin dengan menyisakan beberapa lembar uang seribuan sebagai kembalian. Setiap pembeli mengisi sendiri kendaraannya dengan meletakkan uang ke dalam toples,"terang Mukti.
Pengguna jalan yang kelaparan bisa sesukanya mengambil makanan seperti kerupuk dengan meninggalkan uang di toples. "Kecuali ada yang minta nasi gorang atau mie, saya baru dipanggil," kata Mukti dengan wajah penuh senyum.
Menjalankan lapak kejujuran, apa yang didapat oleh Mukti? Selama 4 bulan sebanyak 84 botol bensin yang dipajang di lapaknya hilang. Bahkan uang di toplesnya juga kerap berkurang saat ditinggalkan. Tak hanya kehilangan dagangan, tetapi juga kerap kehilangan perabotan warungnya.
Selain itu, Mukti juga kebanjiran pembeli yang berhutang di kiosnya. Hal ini kebanyakan dilakukan anak sekolah yang mengaku kehabisan bensin dan tak membawa uang. Beberapa pegawai dan orang dewasa pun juga kerap berbelanja di situ dengan meninggalkan janji membayar esok hari meski tak pernah ditepati.
Mukti tanpa kenal lelah terus memperjuangkan prinsipnya dalam menanamkan kejujuran dalam usaha lapaknya yang dirintisnya. Hal itu terus dilakukan meski dianggap orang tak waras oleh pedagang sebelahnya, karena sistem dagang Mukti yang dinilai aneh oleh orang pada umumnya.
(fat/fat)