Kemolekan sepasang sapi sonok itu memang menyedot perhatian ratusan pasang mata penonton. Lautan manusia seakan tak peduli dengan teriknya mentari yang menerjang kepalanya.
Dengan keringat yang basahi wajahnya, ratusan pengunjung terlihat sumringah ketika melihat sapi sono berjalan gemulai. Diiringi group musik tradisional saronen yang berjalan di belakangnya, sepasang sapi cantik itu malah makin genit melangkah.
"Kayak peragawati aja. Tuh liat cara melangkahnya. Keempat kakinya seirama dengan suara musik saronen. Bikin gemes aja," seloroh Winda, yang mengaku bolos kuliah untuk nonton kontes sapi sonok.
Kegemasan atas sapi sonok itu juga terlihat dari mimik 5 orang turis asing yang berbaur di tengah arena kontes sapi sonok. Para bule itu tak segan mengelus tubuh sapi sonok. Tangan mereka terlihat memegang aneka perhiasan yang menempel di tubuh sapi sonok.
Dentuman gendang ditimpa suara gong dan suara terompet saronen membahana diseluruh sudut halaman Bakorwil Madura. Tepat pukul 11.00 WIB, kontes sapi sonok dimulai.
Satu persatu dari 34 pasang sapi sonok yang ikut kontes tampak menerobos 3 pintu berbentuk pilar berukir khas Madura. Disinilah sebenarnya istilah sonok ditemukan.
Sonok dalam bahasa Madura adalah kata dasar dari nyonok atau menyelinap gerbang pintu. Karena setiap pasang sapi cantik itu harus menyelinap gerbang pintu di garis finis, maka jadilah kontes sapi betina itu berjuluk "sapi sonok."
Kini, kontes sapi sonok digelar tahunan. Puncaknya digelar sehari sebelum lomba Kerapan Sapi Piala Presiden di gelar di Stadion Raden Soenarto, Minggu 23 Oktober besok.
(bdh/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini