Aksi para buruh sebagian besar perempuan itu bahkan sempat diwarnai adu mulut dengan polisi, yang meminta para buruh untuk tidak memblokir jalan.
Dari pantauan detiksurabaya.com di loaksi, Selasa (11/10/2011) pukul 15.00 WIB, para buruh masih bertahan duduk-duduk di atas jembatan yang menjadi satu-satunya akses masuk ke pabrik.
Ratusan buruh bersikeras bertahan meski matahari sangat panas menyengat. Para buruh hanya membawa alas berupa tikar dan karpet serta payung untuk melindungi dari terik matahari.
Aksi ratusan buruh pabrik pengolahan udang itu mendapat perhatian khusus dari polisi. Puluhan polisi baik berseragam lengkap maupun preman tampak bersiaga di lokasi. Polisi lalu lintas juga terlihat sibuk mengatur lalu-lintas yang terganggu.
"Kami tak akan mundur sebelum status kami jelas. Kami tidak mau jadi buruh kontrak, kami sudah bertahun-tahun bekerja di sini," kata Sruhartini (25) salah seorang buruh asal Beji di lokasi kepada detiksurabaya.com.
Selain menuntut kejelasan status, para buruh juga menuntut gaji yang belum dibayarkan perusahaan.
"Kami juga belum digaji," jelas Suhartini
Para buruh juga semakin marah karena pihak perusahaan tidak mengijinkan mereka masuk.
"Ini seperti ada upaya memberhentikan kami secara halus," timpal Siti Khodijah, buruh lainnya.
Sementara Gunawan Sri Budi, HRD & GA PT Winaros menegaskan pihaknya sudah berusaha melakukan negosiasi dengan buruh. Ia mengakui memang selama ini selalu mengalami kebuntuhan.
"Kalau negosiasi gagal terus, kita akan mengikuti prosedur disnakes agar melakukan pengkajian terhadap masalah ini," katanya saat dikonfirmasi.
Dari data yang dihimpun, para buruh yang melakukan aksi rata-rata sudah bertahun-tahun bekerja di pabrik tersebut. Sehingga mereka tidak terima jika dijadikan buruh kontrak. Kontrak yang ditawarkan pabrik sendiri berdurasi 3 bulan.
(fat/fat)