Akibatnya 3 nelayan tewas kehabisan nafas karena tersangkut jaring ikan saat ikan terbalik. Mereka yakni Asan (25), H Slamet (30) dan P To (50), ketiganya warga Desa Watuireng Kecamatan Puger Kabupaten Jember.
Peristiwa itu bermula saat nakhoda kapal, Didik (30) berniat mengangkat jaring yang telah ditebar beberapa jam sebelumnya. Saat awak perahu sibuk mengangkat jaring yang ditebar untuk memanen ikan tongkol di musim kemarau, ombak tinggi menerjang.
"Tiga kali ombak menerjang perahu hingga terbalik. Sebab, saat ombak menerjang pertama kali, buritan perahu dipenuhi air. Disaat bersamaan, kami sibuk mengangkat jaring. Akibatnya, perahu tidak seimbang lalu terbalik. Terutama, setelah diterjang ombak yang terakhir dengan ketinggian 5 meter lebih," kata Paidi (40), salah seorang awak perahu saat dikonfirmasi detiksurabaya.com di RSU dr Haryoto Lumajang, Rabu (24/8/2011).
Paidi yang saat itu berjuang menyelamatkan diri semalaman di tengah hantaman ombak tinggi di perairan sejauh 2 kilometer dari bibir pantai Watu Pecak, Desa Selok Awar-Awar mengaku jika ombak besar itu tak diperkirakan sebelumnya.
Kandasnya perahu nelayan terjadi, Selasa (23/8/2011) sekitar pukul 22.00. Saat itu perahu tersebut usai menebar jaring dan berniat mengangkat karena tangkapan dinilai sudah cukup banyak. Namun, ombak keburu menerjang hingga perahu terbalik.
Dua korban tewas yakni Asan dan H Slamet jenazahnya berhasil ditemukan dalam kondisi mengenaskan tersangkut jaring. Tubuhnya mengelupas dan ada sejumlah luka. Sedangkan jenasah P To hingga kini masih dalam pencarian.
Hingga kini Polsek Pasirian, Satlak PB Kabupaten Lumajang, Tim SAR Kabupaten dan instansi terkait melakukan penyisiran di perairan Pantai Watu Pecak untuk mencari jenasah P To.
Sementara 12 awak perahu diantaranya Paidi (40), Didik (30) nahkoda perahu, Fadli (25) dan Supiyanto (20), Yanto (25), P Ri (55) dan P Cipto (55), Sal. Mereka berangkat melaut sejak Selasa (23/8/2011) pukul 09.00 WIB.
(fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini