Dari pantauan detiksurabaya.com, Minggu (31/7/2011) warga Desa Siring yang masuk peta maupun di luar peta terdampak berkumpul di titik 21 untuk memanjatkan doa bersama yang ditujukan para kerabatnya, dengan dipimpin ustad Heri Purnomo warga Siring.
Lebih dari ratusan nama ahli kubur dari dua makam yang terendam semburan Lumpur Lapindo yakni makam umum Desa Siring yang sebelumnya terletak di wilayah RT 5 dan Dusun Tangunan RT 10 RW 2, disebutkan satu-persatu. Sehingga doa bersama itu memakan waktu sekitar 1,5 jam mulai dari pukul 16.00 WIB hingga 17.30 WIB.
Selama memanjatkan doa, tak sedikit warga yang menitikkan air matanya. Mereka berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk mengampuni dosa-dosa kerabatnya dan juga sebagai bentuk penyesalan, karena tidak bisa memindahkan jenazah kerabatnya sebelum terendam lumpur.
"Saya merasa rugi karena belum memindahklan jenazah suami ke tempat yang layak, sampai makam tenggelam lumnpur," ujar Supriani (53) warga Siring yang mengaku sudah ditinggal meninggal dunia suaminya sekitar 7 tahun, kepada detiksurabaya.com.
Selain mendoakan arwah suaminya, Supriani juga berharap pemerintah memperhatikan nasib warga korban lumpur. Pasalnya, uang kontrak selam 2 tahun sebesar Rp 5 juta sudah habis hingga keluarganya yang kontrak di kawasan Tanggulangin balik lagi ke Siring Barat yang dinilai pemukimannya sudah tidak layak huni.
"Saya berharap kepada pemerintah, agar wilayah Siring Barat secepastnya ada kepastian hukum yaitu dimasukkan ke Perpres. Siring Barat yang kami tempati sudah tidak layak huni dan uang kontrakan yang hanya 2 tahun sudah habis," jelasnya.
(roi/bdh)