Chairman Profauna Indonesia Rosek Nursahid mengungkapkan, perdagangan satwa perimata banyak terjadi di seluruh penjuru negeri. Satwa-satwa yang diperdagangkan hasil dari penangkapan di alam liar.
Kebanyakan primata dibeli untuk dipelihara oleh masyarakat. Sisanya dikonsumsi dagingnya. Seperti daging lutung Jawa, monyet ekor panjang, lutung Sumatera dan beruk.
"Karena daging primata dipercaya bisa menyembuhkan asma. Meski tak terbukti secara ilmiah. Untuk itu kami mengajak masyarakat untuk peduli terhadap pelestarian satwa," kata Rosek, Senin (6/6/2011).
Dia menuturkan, hampir di seluruh kota besar menjadi tempat perdagangan satwa. Di Malang praktek itu terjadi di Jalan Veteran. Beberapa waktu lalu, Profauna bersama BKSDA Jatim menangkap penjual satwa liar dan berhasil mengamankan dua ekor kukang. "Lokasi di sini (veteran, red)," imbuhnya.
Menurutnya, primata yang dijual masih balita, karena mempunyai nilai jual tinggi. Satwa itu terlihat lucu dan digemari untuk dipelihara. Setiap satu ekor penjual mematok harga sebesar Rp 200 sampai Rp 300 ribu untuk satu ekor kukang.
Dia menambahkan, habitat asli primata sendiri dalam kondisi terancam. Seperti terjadi di wilayah Malang Selatan serta lereng Gunung Arjuno. Pembalakan liar serta alih fungsi lahan menjadi penyebab utama.
"Habitat lutung Jawa di Malang selatan rusak parah yang berpengaruh pada perkembangbiakan satwa tersebut," bebernya.
Sebagai kampanye pelestarian perimata, Profauna Indonesia bersama International Primate Protection League (IPPL) menggelar aksi damai di Jalan Veteran, Senin pagi.
Dalam aksi bertujuan mengajak masyarakat peduli pelestarian primata ini, pendemo membawa poster berukuran besar yang menampilkan gambar primata. Hingga kini aksi diikuti belasan aktivis itu masih digelar.
(fat/fat)











































