Aroma wawangian yang dirasakan oleh beberapa pengunjung makam yang ditemukan pada 10 Februari 2011 ini yakni wangi cendana, dupa, ajaraswad, kenanga serta aroma lain yang biasa digunakan para ulama.
Salah seorang warga Sumenep, yang enggan disebutkan namanya mengatakan, selama dua kali datang pada malam hari, dia merasakan aroma berbeda di lokasi makam.
"Saya pernah merasakan wawangian mirip aroma cendana dan kenanga," kata seorang pengunjung dalam bincang-bincang dengan detiksurabaya.com, di salah satu rumah, jalan Trunojoyo Sumenep, Senin (7/3/2011).
Dari pengamatan detiksurabaya.com di lokasi, sebelum makam ditemukan, tempat tersebut awalnya berupa semak belukar. Dan di lokasi tersebut juga tidak terdapat tanaman maupun pohon yang mengeluarkan aroma wangi.
Penemu makam, Sunarto (34), membenarkan jika para pengunjung selalu merasakan aroma wawangian berbeda setiap malam. "Saya pun merasakan aroma berbeda-beda setiap malam. Aroma wawangian itu dirasakan oleh setiap orang yang datang," katanya.
Sunarto mencontohkan, pada, Kamis (3/3/2011) malam lalu (malam Jumat legi), aroma cendana sangat terasa. Semua, pengunjung merasakan. Aroma wawangian itu akan dirasakan oleh pengunjung saat ada desiran angin yang datang dari arah barat daya.
"Saya cuma merasakan ada tiupan angin, tapi dedaunan di kanan kiri kuburan tidak bergerak. Bersama itu, aroma akan terasa dipenciuman kita," urainya.
Sedangkan pada, pada Jumat (4/3/2011) malam terasa aroma kenanga, dan Sabtu (5/3/2011) malam terasa aroma dupa. "Jadi, setiap malamnya itu, aroma yang tercium pengunjung berbeda-beda," kenangnya.
Dia menilai, aroma yang dapat dirasakan setiap pengunjung itu bentuk kebesaran Allah yang ditunjukan pada manusia. "Dengan keanehan itu, semoga Iman kita bertambah," tandasnya.
(bdh/bdh)