Sunarto (34), penemu pertama makam mengatakan, sebelum ditemukan banyak warga yang melihat ada cahaya merah dan putih jatuh di sekitar penemuan kuburan. Selain itu, banyak keanehan yang dialami para pengguna jalan, semisal mesin sepeda motor maupun roda empat macet saat melewati makam tersebut.
"Berawal dari itulah, saya berusaha mencari tahu dan datang ke sejumlah kiai. Ternyata benar para kiai menyebutkan jika ada kuburan penyebar agama Islam di sekitar jatuhnya cahaya itu," kata Sunarto, dalam bincang-bincang dengan detiksurabaya.com, Senin (7/3/2011) pagi.
Menurut Sunarto, lokasi makan itu awalnya lahan kosong yang tidak terurus. Banyak pohon besar dan semak belukar. Setelah dibersihkan secara gotong royong, ternyata benar ada batu nisan sudah rata dengan tanah dan kondisinya berantakan.
Pertama kali, ditemukan satu nisan yang disebut pejuang Islam. Dalam nisan itu bertulisankan huruf arab dengan nama Syehk Sayyid Abdullah dengan julukan Maha Pati Raja Anggadipa, dan terdapat dua kalimat sahadat serta bacaan salawat, 'Ya Sayyidi Ya Rasulullah.
Dari bentuk dan tulisan caraka Jawa kuno yang terdapat dalam batu nisan menujukan umur kuburan tersebut mencapai 281 tahun. Panjang kuburan 2,70 x 1,12 meter terbuat dari batu gunung. Di bagian nisan bawah (kaki) terdapat tulisan caraka Jawa kuno dengan bertuliskan
wafat 1151 Hijriyah.
Setelah itu lanjut Sunarto, pembersihan dan penggalian lokasi terus dilakukan, hingga akhirnya, warga menemukan tujuh kuburan kuno. Salah satu nisan yang baru ditemukan terdapat tulisan arab 'Bonang' wafat tahun 1241 serta dilengkapi dengan surat Al-Ikhlas dan bacaan salawat.
Sunarto menjelaskan, kiai yang pertama kali meminta agar lokasi penemuan kuburan itu
dibersihkan yakni K Misnadar (53), warga Baringin, Kecamatan Dasuk, Sumenep yang mempunyai julukan Ki Agung.
"Hasil analisa mata batin beliau (K Misnadar,red) jika di lokasi itu ada makam wali dan menyebutkan nama serta tahun wafat. Setelah ditemukan ternyata benar, apa yang disampaikan itu sesuai dengan tulisan di batu nisan itu," terangnya.
Dia juga mengaku mendatangi lima kiai lain yang dianggap mempunyai mata batin tajam, diantaranya, KH Abu Hasan Poday, KH Khotim Pajung, KH Rusdi Parsanga, serta Ustadz Suhartono Karang Sokon. "Semua kiai yang saya datangi itu sama dalam menyebutkan nama dan tahun wafat," ucapnya.
Sejak itulah, warga setempat berusaha gotong royong membersihkan lokasi makam yang baru ditemukan, 10 Februari 2011 lalu. Saat ini, pengunjung tidak hanya dari Sumenep, melainkan juga datang dari Pamekasan dan luar Madura, untuk membuktikan kebenaran makam pejuang Islam tersebut.
(bdh/bdh)