Parade ini dimulai dari Alun-Alun Kabupaten Jombang menuju ponpes Tebuireng
yang berjarak kurang lebih 5 Km. Sejak pukul 11.00 WIB ribuan warga terlihat memadati jalan dari alun-alun menuju Tebuireng untuk melihat pertunjukan kesenian etnis Tionghoa tersebut.
Dari pantauan detiksurabaya.com, akibat parade ini ribuan warga memenuhi badan jalan, sehingga lalu lintas dari Kota Jombang menuju ke Tebuireng macet total. Petugas kepolisian Polres Jombang terlihat mengalihkan arus kendaraan melalui Stasiun Jombang.
Menurut Ketua Persatuan Seni Olahraga Barongsai Indonesia (Persobari), Chandra Wurianto Woo, parade ini diikuti oleh kesenian barongsai di seluruh kota di Jawa Timur. "Parade ini diikuti oleh semua kota di Jawa Timur yang mempunyai kesenian ini," kata Chandra saat ditemui detiksurabaya.com di Alun-Alun Kabupaten Jombang.
Chandra mengaku, berkat Gus Dur-lah kesenian masyarakat Tionghoa bisa di rayakan di Indonesia dan warga Tiongjoa jelas sangat kehilangan sosok Gus Dur.
"Kesenian barongsai sudah lama dikekang, tapi Gus dur membela kami. Sehingga kami bisa melestarikan budaya kami," imbuh Chandra.
Dia menjelaskan, sejak masa presiden-presiden sebelum Gus Dur, kesenian dan kebudayaan masyarakat Tionghoa dikekang. "Lebih dari 30 tahun masyarakat Tionghoa tidak bisa berbuat apa-apa, lagi-lagi berkat Gus Dur-lah kita bisa seperti sekarang," pungkasnya.
Sementara hingga pukul 12.00 WIB, peziarah di makam Gus Dur terus berdatangan. Pihak panitia melakukan pengalihan pintu masuk ke makam melalui pintu ponpes sebelah utara bagi peziarah.
(fat/fat)