"Pas musim lebaran pernah dalam sehari mencapai 5.965 orang. Kalau hari biasa rata-rata 250 orang," ujar Sidiq (43) petugas keamanan kawasan monumen saat ditemui detikcom, Minggu (18/7/2010).
Sidiq mengatakan, untuk wisatawan yang datang memang tidak dikenakan karcis. Begitu pun dengan parkir kendaraan tidak dipungut biaya. Sampai saat ini pengelolaan kawasan monumen Jenderal Sudirman masih menjadi kewenangan PT. PP (Persero) sebagai kontraktor.
Tingginya minat wisatawan bukan saja datang dari masyarakat lokal. Tidak sedikit pengunjung yang berasal dari kota sekitar, seperti Wonogiri, Ponorogo maupun Madiun. Bahkan beberapa wisatawan berasal dari Trenggalek dan Malang.
"Kalau sudah musim liburan banyak rombongan yang datang dengan bis atau truk," tutur Wagiyati (23) penjual makanan di sekitar lokasi.
Pantauan di lokasi, kondisi sekitar monumen cukup terawat. Ini karena pengelola membatasi pengunjung agar tidak membawa kendaraan masuk ke pelataran monumen. Sedangkan pembersihan sekitar monumen dibantu masyarakat setempat.
Monumen patung Jendral Sudirman dan rumah bekas markas gerilya di Desa Pakisbaru, Kecamatan Nawangan, Pacitan belakangan ini menggegerkan Tanah Air. Sebab melalui internet keluarga almarhum Roto Suwarno sebagai pemilik atau pewaris melelangnya karena merasa ketidakadajelasan pemerintah terhadap pengelolaan situs bersejarah tersebut.
(Rez/bdh)