Para pengusaha atau pengepul memburu hingga ke pelosok desa. Barang yang harganya ratusan juta itu umurnya di atas 75 tahun lebih. Semisal tempat tidur (Lencak-Madura), tempat istirahat, lemari, hiasan rumah dan sejumlah barang antik lainnya.
Barang-barang antik tersebut banyak disuka wisatawan mancanegara. Umumnya dari
Hongkong, Belanda, Jerman, Korea dan Prancis. Bahkan, wisatawan dari Amerika pun
ikut memburu barang antik tersebut.
Salah seorang pengusaha barang antik Sumenep, Najib Alhadad menjelaskan, barang-barang antik (Kuno) sangat disuka para wisatawan karena keunikan dan ketuaan kayu.
"Di negera asal mereka tidak ada sehingga saat berkunjung ke Sumenep selalu mencari barang antik," kata Najib kepada wartawan di tempat kerjanya, Jalan Hos Cokroaminoto No. 31 Sumenep, Jumat (9/7/2010).
Dia menjelaskan, barang antik yang banyak laku mayoritas tempat tidur. Harganya
kisaran antara Rp 125 juta sampai Rp 250 juta. "Yang lebih murah saya juga punya,
harganya ke bawa dari Rp 50 juta," ungkapnya.
Dari pantauan detiksurabaya.com, tempat tidur yang penuh dengan ukiran tersebut kelihatannya sangat sederhana. Namun dari ketuaan kayu yang mencapai 100 tahun lebih dan sudah sulit ditemukan di wilayah Sumenep, maka harganya cukup mahal.
"Bentuk dan jenis ukiran mempunyai ciri has tersendiri. Ada yang perpaduan Madura-Cina ada yang asli Sumenep dan tidak ada di tempat lain. Makanya cukup mahal harganya," katanya.
Setiap bulannya, omzet pengusaha barang antik ini kisaran antara Rp 500 juta hingga Rp 1 miliar. Pengusaha asli keturunan Arab ini juga membuka cabang barang antik di Yogyakarta.
Sementara Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten
Sumenep, Moh Nasir menjelaskan, barang antik juga bagian dari daya tarik wisatawan
asing untuk ke Sumenep.
"Kadang juga ada pembeli barang antik dari luar kota yang menyediakan untuk
wisatawan asing," ujar Nasir pada detiksurabaya.com di kantornya, Jalan Dr Soetomo. (fat/fat)